Detik-Detik Menegangkan, Cerita Harmoko Saat Habibie Jelang 21 Mei 1998

Detik-Detik Menegangkan, Cerita Harmoko Saat Habibie Jelang 21 Mei 1998
Presiden Soeharto dan BJ Habibie pada 4 Februari 1984. Foto: kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id.
0 Komentar

JAKARTA-Sepanjang proses pemakaman Presiden RI ke-3 BJ Habibie, tak tampak kehadiran anak-anak dari Presiden RI ke-2 Soeharto. Partai Berkarya memberi penjelasan.

“Semalam saya hadir di rumah duka, ikut salat jenazah. Karangan bunga yang besar dari Partai Berkarya (Tommy Soeharto dan Priyo BS) juga terkirim ke rumah duka. Siang ini saya juga hadir di pemakaman di TMP Kalibata,” kata Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso kepada wartawan, Kamis (12/9/2019).

Priyo mengatakan keluarga besar Partai Berkarya ikut berduka atas meninggalnya BJ Habibie. Priyo mengaku memiliki kedekatan dengan almarhum.

Baca Juga:Sebelum Terpilih Jadi Ketua KPK, Firli Klarifikasi Soal Pertemuannya dengan TGBSuara Tertinggi, Firli Bahuri Jadi Ketua KPK

Saat ditanya apakah Tommy Soeharto menghadiri pemakaman Habibie atau absen, Priyo menjawab kalau Tommy sedang tak di Jakarta. “Beliau sedang di luar kota,” ucap Priyo.

https://www.instagram.com/p/B2SSsHdFvEU/?utm_source=ig_web_copy_link

Retaknya hubungan BJ Habibie dengan Soeharto terjadi di masa-masa terakhir lengsernya penguasa Orde Baru.

Tanggal 20 Mei 1998 malam, Presiden Soeharto memanggil Wakil Presiden BJ Habibie ke kediamannya di Jalan Cendana Jakarta. Malam itu Soeharto menyampaikan keinginannya untuk mundur sebagai Presiden Indonesia.

BJ Habibie adalah tokoh yang ikut terlibat dalam ketegangan politik tingkat tinggi menjelang 21 Mei 1998, yakni menjelang lengsernya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Malam menjelang tanggal itu, BJ Habibie selaku Wakil Presiden boleh dikata hampir tidak ada waktu tidur. Habibie dalam pusaran detik-detik menegangkan.

Hal itu terungkap dalam buku Haji Harmoko yang bertajuk ‘Berhentinya Soeharto, Fakta dan Kesaksian Harmoko’ yang terbit pada 2008.

“Setelah Wakil Presiden B.J Habibie tiba di rumah kediamannya usai bertemu Presiden Soeharto di Cendana pada tanggal 20 Mei 1998, malam, di rumah Wakil Presiden, empat Menko serta sejumlah menteri telah menanti, dan B.J Habibie menguraikan segala hasil tukar pikiran dengan Presiden sejujurnya, dan ia mengalami _”shock”_ dalam hal itu,” begitu ujar Harmoko dalam buku tersebut.

Baca Juga:Habibie Sosok Penting di Balik Lahirnya TelkomselDeputi Gubernur BI: Perang Dagang Tergantung Nasib Trump di Pemilu

Selanjutnya dijelaskan, kesimpulan dalan pertemuan yang berlangsung hingga pukul sekitar 23.00 WIB, bahwa Kabinet dapat diumumkan oleh Presiden Soeharto akan tetapi yang melantik adalah BJ Habibie. Namun, ketika ia bergegas kembali ke kediaman Presiden Soeharto pada malam itu juga untuk menjelaskan kesepakatan di rumah kediamannya, ada penjelasan mendadak dari Mensesneg.

0 Komentar