Kisah Desa Lereng Gunung, 332 Orang Penduduk Termasuk 19 Tamunya Lenyap dalam Semalam

Dusun Legetang
Dusun Legetang
0 Komentar

MAJALENGKA-Sebuah blok di Kabupaten Majalengka, viral di media sosial dan disebut desa mati. Lokasinya di Blok Tarikolot, Desa Sidamukti. Perkampungan ini benar-benar ditinggalkan penduduknya. Demikian diberitakan radarcirebon.com.

Baca: Tidak Hanya di Majalengka, Desa Tak Berpenghuni Juga Ada Disini

“Padahal desa kami (Sidamukti) masih ada. Jangan sampai nanti ada kesan ‘Desa Mati’. Kita juga lagi menelusuri siapa yang membuat vlog dan sumbernya dari mana. Sehingga sekarang menjadi viral di pemberitaan,” terangnya dikutip dari radarcirebon.com, Selasa (2/1).

Baca Juga:Tidak Hanya di Majalengka, Desa Tak Berpenghuni Juga Ada DisiniLihat Video, Bocah 5 Tahun Nyetir Mobil Mewah, Warganet: Kirain Rafathar

Namun, bagaimana jika sebuah desa yang penduduknya nyaris sama dengan kaum Sodom-Gomorah, yang terkubur seluruhnya dalam satu malam hingga tidak bersisa. Satu desa bersama seluruh penduduknya lenyap dalam satu malam tertutup puncak sebuah gunung yang berada agak jauh dari lokasi desa itu.

Inilah kisah Desa Legetang, yang masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Di sebuah lokasi kawasan wisata itu, terdapat sebuah tugu. Tugu itu menjadi monumen peringatan atas peristiwa longsor yang pernah menimpa para penduduk di Desa Legetang. Peristiwa itu sendiri terjadi pada 17 April 1955 dan menyebabkan setidaknya 332 penduduk asli serta 19 tamu lain desa meninggal dunia.

Lalu mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Dan bagaimana kronologi kejadian itu?

Dilansir dari karangmojo.desa.id, pada malam hari, tanggal 17 April 1955, hujan turun sangat deras di Desa Legetang. Saat tengah malam tak lama setelah hujan reda, terdengar suara gemuruh yang terdengar hingga ke desa-desa tetangga. Namun tidak ada satu pun warga yang berani keluar karena suasana saat itu sangat gelap dan jalanan amat licin.

Pada pagi harinya, masyarakat yang ada di sekitar Dusun Legetang baru keluar dari rumah. Mereka terkejut ketika melihat puncak Gunung Pengamun-Amun yang tak jauh dari sana sudah terbelah.

Tapi mereka lebih terkejut lagi manakala melihat Dusun Legetang sudah tertimbun tanah dan bahkan sudah menjadi sebuah bukit. Dengan kata lain longsor dari puncak gunung itu telah mengubur seluruh warga di desa itu.

Hingga saat ini, penanda dari bencana itu hanyalah berupa prasasti.

0 Komentar