Pakar ITB Ingatkan Potensi Bahaya Longsor Susulan di Sumedang

Pakar ITB Ingatkan Potensi Bahaya Longsor Susulan di Sumedang
0 Komentar

BANDUNG-Kejadian longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang pada Sabtu (9/1/2021) lalu selain menyebabkan kerugian materil, juga telah menimbulkan korban jiwa.

Baca:

Menanggapi kejadian longsor tersebut, ahli di bidang longsoran tanah dan geologi teknik ITB, Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T., mengingatkan akan bahayanya longsor susulan.

Kesimpulan tersebut ia peroleh setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB telah meninjau lokasi terjadinya longsor. Tim tersebut menurut Imam, menemukan rekahan lain dengan jarak 7 meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan. Dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsoran susulan.

Baca Juga:Gempa Bumi M 4.6 di Kabupaten Nias UtaraJasa Marga Sesuaikan Tarif 6 Ruas Jalan Tol per 17 Januari, Ini Penjelasannya

“Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)” ujarnya.

Ia mengatakan, longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi. Setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut. “Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang manuju arah gawir utama atau mahkotanya,” ujarnya.

https://www.instagram.com/p/CKByO1fBAxe/?utm_source=ig_web_copy_link

Menurut Imam Sadisun, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi. “Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas,” ujarnya. Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.

Ia menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa dikatakan sebagai longsoran kompleks. Kejadian di Sumedang ini menurutnya terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran. “Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.

0 Komentar