JAKARTA – Militer Amerika Serikat (AS) membeli data pribadi dari Muslim Pro. Muslim Pro adalah aplikasi untuk menunjukkan jadwal salat, menginformasikan arah kiblat, hingga untuk membaca Alquran.
Data yang dibeli termasuk data pergerakan dan lokasi orang di seluruh dunia yang dihimpun Muslim Pro ketika seseorang memutuskan menginstal aplikasi. Menurut laporan Motherboard yang dikutip Selasa, 17 November, Muslim Pro telah diunduh lebih dari 98 kali.
Sebagai aplikasi ponsel pintar, Muslim Pro adalah satu dari ratusan yang menghasilkan uang dengan menjual data lokasi pengguna ke broker pihak ketiga. Praktik tersebut menimbulkan kemarahan para pendukung privasi.
Baca Juga:Hadiri Agenda Pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Anies Baswedan: Saya Menerima Undangan KlarifikasiPernah Tangani Percakapan Rizieq-Firza Husaein, Inilah Sepak Terjang Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran
Meski begitu, firma data lokasi dan mitranya bersikeras pergerakan orang-orang dianonimkan dan tidak terikat secara langsung. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa amat mudah untuk membatalkan anonimitas data lokasi.
Melalui catatan publik, wawancara dengan pengembang, dan analisis teknis, Motherboard menemukan dua aliran data paralel terpisah yang digunakan oleh militer AS untuk mendapatkan data lokasi. Pertama, militer AS mengandalkan sebuah perusahaan bernama Babel Street, yang menciptakan produk bernama Locate X.
Locate X biasanya digunakan oleh US Special Operations Command (USSOCOM). USSOCOM adalah cabang militer yang ditugaskan untuk melawan terorisme, kontra pemberontakan, dan pengintaian khusus. Mereka membeli akses ke Locate X untuk membantu operasi pasukan khusus di luar negeri.
Cara kedua adalah melalui perusahaan bernama X-Mode. X-Mode memperoleh data lokasi langsung dari aplikasi, kemudian menjual data tersebut ke kontraktor, dan diteruskan ke pihak militer AS. Laporan tersebut menemukan bahwa Muslim Pro mengirim data pengguna ke X-Mode.
Berita tersebut menyoroti industri data lokasi yang tidak jelas. Itu juga menguatkan fakta bahwa militer AS menggunakan data lokasi lain untuk menargetkan serangan drone dan membeli akses data sensitif. Banyak pengguna aplikasi yang terlibat dalam rantai pasokan data adalah kalangan Muslim, mengingat AS melancarkan perang selama puluhan tahun terhadap kelompok-kelompok teror yang didominasi Muslim di Timur Tengah.
Namun Motherboard tidak mengetahui operasi khusus apa yang dilakukan militer AS hingga menggunakan data lokasi dari Muslim Pro ini. Aplikasi lain yang ditemukan Motherboard mengirim data pengguna ke X-Mode adalah Muslim Mingle.