Poso juga merupakan titik pusat sektarianisme, di mana kekerasan komunal pernah terjadi antara orang Kristen dan Muslim pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Pemenggalan tiga gadis Kristen pada 2005 juga terjadi di Poso. Ali Kalora mencoba memanfaatkan sentimen yang sudah ada ini.
Berbeda dengan kepemimpinan operasional utama JAD yang tetap berada dalam bayang-bayang, Ali Kalora justru sering muncul di video MIT untuk menyerukan serangan. MIT sendiri dapat dikatakan lebih aktif daripada JAD di bidang digital. Mereka beberapa kali merilis video pemenggalan kepala penduduk setempat yang diduga memberi informasi kepada pasukan keamanan.
Video tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan profil kelompok, tetapi juga mengingatkan pada apa yang dilakukan oleh ISIS, yang membantu mereka mendapatkan lebih banyak pengaruh dan dukungan dari unsur-unsur radikal. Ali Kalora menyatakan virus corona adalah kutukan untuk thogut/thagut.
Baca Juga:Polri Sebut Kelompok Teroris JI Didukung Dana Besar, Penggalangan Kotak Amal di Sejumlah SupermarketJokowi Kutuk Keras Kelompok Teror Ali Kalora
Selama Ramadan, para anggota MIT melakukan serangan untuk mengamankan amaliyah (istilah yang mengacu pada aksi lapangan yang dilakukan oleh para jihadis Indonesia).
Di bawah kepemimpinan Ali Kalora, MIT telah berupaya meningkatkan pendanaannya, dan diyakini telah menerima dana dari jaringan dan simpatisan teror luar negeri. Kelompok ini juga berupaya meningkatkan kemampuan bahan peledaknya. Pihak berwenang menemukan bahan-bahan dan bom dalam beberapa serangan. Ada juga koneksi yang berkembang antara JAD dan MIT.
Tahun lalu pihak berwenang menangkap lima militan yang memiliki hubungan dengan kedua kelompok tersebut. Seorang bendahara JAD yang ditangkap dilaporkan mengaku dia diperintahkan untuk mengirim sejumlah dana ke MIT. Kalora juga berupaya meningkatkan perekrutan, dan memanfaatkan persepsi pemerintah Indonesia tidak peduli pada penduduk Muslim di Poso, lapor Uday Bakhshi di The Diplomat.
Sejauh ini, MIT tetap merupakan kelompok kecil yang terbatas di Sulawesi Tengah. Namun, kelompok itu telah mendapat rasa hormat dari para jihadis Indonesia. Seiring kelompok itu berkumpul kembali dan mengkonsolidasikan kelompoknya lebih jauh, mereka akan terus mendapatkan lebih banyak dukungan dari orang-orang yang teradikalisasi di Indonesia dan luar negeri. Mereka juga kemungkinan berusaha untuk menciptakan jaringan logistik dengan kelompok lain, seperti JAD. MIT akan terus menjadi ancaman terbatas, tetapi signifikan bagi Indonesia. (*)