SUDAH lebih dua tahun Gus Sholah terus memikirkan ini: siapa yang akan menggantikannya. Sebagai Kyai Tebu Ireng. Juga sebagai ‘CEO’ pondok pesantren ‘bintang sembilan’ di Jombang, Jatim itu.
Kesehatan Gus Sholah –nama lengkapnya KH Salahuddin Wahid– memang terus menurun. Bahkan sejak sebelum dua tahun lalu.
Saya termasuk yang sesekali diajak bicara soal kesehatan. Beliau juga terus mengikuti perkembangan kesehatan saya. Sejak transplan hati sampai stemcell pun sampai aorta dissection.
Baca Juga:Pemkab Natuna Cabut Edaran Terkait Liburkan Pelajar Selama Masa Karantina WNI yang Dievakuasi dari Wuhan237 WNI Tempati Hanggar Lanud Raden Sadjab Natuna Jaraknya 8 KM, Cukup Jauh Untuk Disebut Bisa Menularkan
Gus Sholah adalah orang yang sebenarnya tidak mau menjadi pimpinan puncak Tebu Ireng. Tapi setelah Gus Dur meninggal dunia siapa lagi kalau bukan adiknya itu.
Dari segi pendidikan pun Gus Sholah tidak pernah di pondok pesantren. Waktu beliau kecil ayahanda beliau menjabat menteri agama: KH Wahid Hasyim. Tinggalnya lebih banyak di Jakarta. Maka anaknya pun disekolahkan di Jakarta.
Dan ketika sudah waktunya kuliah Gus Sholah dimasukkan ke ITB Bandung. Jurusan teknik arsitektur pula. Jadilah Gus Sholah seorang arsitek.
Setelah lulus ITB beliau bekerja di dunia ilmunya. Termasuk bekerja di perusahaan konstruksi.
Waktu itu di Tebu Ireng belum memerlukan beliau. Masih banyak kyai besar di sana. Tapi Kyai-kyai sepuh itu satu persatu wafat.
Maka orang seperti Drs Yusuf Hasyim didaulat menjadi orang tertinggi di Tebu Ireng. Padahal paman Gus Dur itu lebih banyak tinggal di Jakarta –menjadi politisi NU tingkat nasional.
Mulailah Tebu Ireng dipimpin oleh yang bukan murni kyai –dalam pengertian hebat ilmu agamanya.
Baca Juga:Komentari Rencana Prabowo Borong 11 Sukhoi Su-35, Lyudmila Vorobieva: Indonesia Akan Memiliki Sistem Persenjataan Terbaik Di DuniaKementerian hingga Perusahaan Farmasi di Dunia Berlomba-lomba Temukan Obat Virus Corona
Yusuf Hasyim pun meninggal. Kyai-kyai sepuh yang masih berbau Bani Hasyim juga sudah tidak ada. Maka Gus Sholah-lah tokoh yang berbobot nasional. Yang dianggap paling layak memimpin Tebu Ireng. Meski juga bukan sosok kyai ulama. Nama Tebu Ireng sudah begitu menasional. Rasanya aneh kalau pimpinannya bukan tokoh nasional.
Ketokohan Gus Sholah dimulai sejak menjadi anggota MPR. Lalu menjadi Wakil Ketua Komnas Hak Asasi Manusia. Terakhir menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan capres Jenderal Wiranto.
Dengan meninggalnya Gus Sholah kemarin maka habislah generasi cucu Hasyim Asy’ari –Al Hadratus Syaikh.