BANDUNG — Seorang warga di Kota Bandung sebut saja bernama ‘D’ diambil sampel swab (usap) untuk memastikan apakah dirinya positif COVID-19 dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR).
Begitu sampel ‘D’ diterima oleh Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), berbagai tahap pemeriksaan mulai dari ekstraksi, Real Time PCR, hingga interpretasi dilakukan.
Setelah verifikasi dan validasi, sampel ‘D’ dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Jabar dengan ‘D’ dinyatakan negatif. Dari contoh proses itulah, ribuan ‘D’ lainnya pun bisa mendapatkan penanganan yang tepat dari rumah sakit maupun pemerintah.
Baca Juga:Lima Tahap Pemeriksaan Sampel COVID-19 di Labkesda JabarJabar Perpanjang PBM di Rumah hingga 27 April
Dan, nasib ribuan ‘D’ itu berawal dari pekerjaan tangan-tangan para ahli yang ada di balik kaca laboratorium mikrobiologi Labkesda Jabar, salah satunya adalah Kepala Laboratorium Genetika dan Bioteknologi Molekular Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB Azzania Fibriani S.Si.,M.Si.,Ph.D.
“Tes diagnostic (di laboratorium) itu membantu manajemen pasien, apakah pasien itu bisa pulang atau dirawat lagi? Apakah orang ini harus masuk rumah sakit atau bisa isolasi di rumah?” ucap Azzania saat ditemui di Labkesda Jabar, Kamis 9 April 2020.
“Sebetulnya (pekerjaan) kami membantu sekali (terhadap) nasib pasien walaupun kami di balik layar.”
“Teman-teman di sini pun yakin itu akan berguna bagi orang tersebut. Kami berupaya menghasilkan hasil yang valid supaya bisa digunakan rumah sakit atau Dinas Kesehatan untuk menangani pasien tersebut,” tambah sosok yang akrab disapa Nia itu.
Bersama 17 orang lainnya dari Labkesda Jabar, ITB, RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, tim gabungan yang bekerja di Labkesda Jabar tersebut siang dan malam berkutat dengan RNA, reagen PCR, tabung-tabung juga komputer.
Rutinitas itu memang ‘makanan’ sehari-hari bagi Nia dan ahli biologi lainnya. Laboratorium pun bisa dibilang adalah rumah kedua mereka.
Namun, yang berbeda kali ini adalah pekerjaan mereka menjadi fondasi sekaligus kunci dalam percepatan penanggulangan penyakit COVID-19, yang hingga kini belum ditemukan vaksin untuk melawan virus SARS-CoV-2 itu.