JAKARTA-Sedikitnya 20 warga Rohingya meninggal dunia di atas kapal yang terombang-ambing selama berminggu-minggu setelah gagal mencapai Malaysia.
Salah satu petugas penjaga pantai Bangladesh menyatakan, ada 382 orang yang bisa diselamatkan dari kapal itu, namun mereka dalam kondisi kelaparan.
“Mereka berada di laut selama sekitar dua bulan dan kelaparan,” ujar penjaga pantai itu kepada Reuters, Kamis (16/4).
Baca Juga:Syeh Ibrahim, Tokoh Misterius Turki dalam Perang Saudara di Jawa Abad 18Virolog drh. Moh. Indro Cahyono: Jangan Panik dengan Virus Corona
Dia menuturkan, 382 orang yang selamat akan dikirim ke Myanmar. Sementara, sebuah rekaman video menunjukkan rombongan pengungsi Rohingya yang sebagian besar terdiri atas perempuan dan anak-anak.
Beberapa di antara mereka tubuhnya tampak hanya tinggal kulit pembalut tulang dan tidak mampu berdiri. Orang-orang malang itu pun dibantu petugas berjalan ke pantai.
Seorang dari kelompok pengungsi itu mengatakan kepada wartawan, dia bersama ratusan orang penumpang kapal itu telah tiga kali bolak-balik berlayar dari Malaysia.
“Mereka harus terombang-ambing di laut lantaran adanya kebijakan karantina wilayah nasional akibat wabah virus corona (Covid-19) di Malaysia dan Thailand—yang membuat mereka kesulitan mencari perlindungan,” terangnya.
Salah satu kelompok hak asasi manusia (HAM) meyakini, ada lebih banyak kapal yang mengangkut warga Rohingya yang tidak terselamatkan.
Kelompok etnik Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar oleh rezim junta militer setempat. Mayoritas penduduk Myanmar beragama Buddha dan negara itu telah memperlakukan kaum minoritas Rohingya dengan amat kejam.
Lebih dari satu juta tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh Selatan. Mayoritas dari mereka telah diusir dari rumah dan kampung halaman mereka di Arakan, Negara Bagian Rakhine, setelah operasi pembersihan etnik oleh militer Myanmar pada 2017. (der/rts/fin)