JAKARTA-Tidak ada yang meragukan persaingan dan gesekan militer nyata dan serius antara China dan Amerika Serikat di Laut China Selatan, ketika mereka memiliki intensi yang saling bersaing, strategi saling balas, dan konfrontasi operasional sehari-hari.
China dituduh menerapkan paksaan terhadap para sekutu dan mitra AS, memiliterisasi fitur-fitur laut yang disengketakan, dan mengejar hegemoni regional. Sementara itu, Amerika Serikat dianggap memainkan kartu Laut China Selatan dan membendung kebangkitan China sebagai kekuatan maritim.
Dalam konteks kompetisi strategis yang kian intensif antara kedua negara, Laut China Selatan bahkan lebih kecil kemungkinannya menjadi pengecualian.
Baca Juga:Kim Yo Jong Geram dengan Selebaran anti-PyongyangHasil Riset: Virus Corona Bermutasi dan Kian Mudah Menginfeksi Sel Manusia
Pertanyaannya, seberapa sengit kompetisi itu? Ketika setiap hari dipenuhi dengan berita tentang konflik maritim antara China dan Amerika Serikat, banyak orang mungkin bertanya-tanya, akankah China dan AS tergelincir ke dalam konflik militer?
The Diplomat mencatat, kedua belah pihak memiliki alasan untuk mempertahankan dan memperluas kehadiran militer mereka di Laut China Selatan. China adalah negara pesisir terbesar di Laut China Selatan dan memiliki kepentingan penting yang dipertaruhkan: kedaulatan teritorial, perairan yurisdiksi, dan jalur komunikasi.
Dengan modernisasi militer China, wajar jika semakin banyak platform militer aktif di wilayah tersebut. Sementara itu Amerika Serikat memandang tinggi dominasi maritim, kebebasan navigasi, dan komitmen keamanan kepada negara-negara kawasan. Dengan demikian, sejak akhir Perang Dunia II, Amerika telah mempertahankan kehadiran militer yang paling kuat dan melaksanakan berbagai operasi militer yang kompleks di Laut China Selatan.
Untuk waktu yang lama setelah Perang Dunia II, karena lemahnya angkatan laut dan udara China, tidak ada banyak peluang bagi pasukan militer China dan Amerika untuk bertemu satu sama lain di laut. Namun, banyak yang telah berubah dalam dekade terakhir.
Di satu sisi, kapasitas China meningkat pesat dan kemajuan angkatan laut dan udara sangat mengesankan. Di sisi lain, Amerika telah semakin khawatir tentang meningkatnya kekuatan China dan secara signifikan memperkuat kehadiran angkatan laut dan udara sejak 2009.
Misi pesawat AS meningkat 100 persen menjadi sekitar 1.500, sementara kehadiran kapal permukaan meningkat 60 persen menjadi sekitar 1.000 kapal hari per tahun. Dalam konteks ini, pertemuan antar-militer yang sering terjadi sudah tidak terhindarkan lagi.