DARI penelitian yang dilakukan sebuah badan penelitian internasional dari seluruh presiden Indonesia, yang paling terkaya, di urutan pertama, ialah Bung Karno dengan total kekayaan ditaksir + Rp55 triliun.
Terdiri dari benda-benda tak bergerak seperti tanah, rumah, dan logam mulia berupa batangan emas yang berton-ton beratnya disimpan di bank-bank Swiss.
Di era Orde Baru, Soeharto pernah membentuk sebuah, katakanlah, tim untuk memburu harta karun Bung Karno tadi. Namun, hasilnya nihil karena semua itu tidak ditemukan.
Baca Juga:Acara Dangdutan di Era Pandemi, Kapolsek Tegal Selatan Dicopot38 Laga, Munchen 2-1 Sevilla
Setelah Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 banyak sekali oknum yang mengaku-ngaku dapat memberikan petunjuk bahkan dengan data dan fakta-fakta autentik untuk memperoleh harta karun Bung Karno tersebut.
Banyak kalangan, bahkan pejabat-pejabat tinggi Indonesia saat itu, yang tertipu jutaan rupiah karena percaya pada ocehan oknum-oknum tersebut. Mereka datang, terutama kepada keluarga almarhum Bung Karno, khususnya saya.
Bila dihitung, barang kali ada puluhan oknum tadi yang menghubungi. Karena saya tahu fakta yang sebenarnya, saya tidak pernah percaya kepada bujukan mereka.
Bukan karena saya ingin membela ayah saya. Namun, saya tahu pasti bahwa Bung Karno sejak sebelum menjadi presiden sampai menjadi presiden sebenarnya ialah seorang yang kantongnya selalu tipis.
Sebagai presiden, Bung Karno ialah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logamlogam mulia seperti yang digembargemborkan orang selama ini.
Dari gaji resmi presiden yang diterima dari negara sampai dengan diturunkan pada 1967, gajinya tidak pernah mencukupi kebutuhan keluarga sehari-harinya.
Oleh karena itu, Bung Karno kerap kali meminjam uang atau minta bantuan keuangan dari sahabatsahabatnya sejak zaman pergerakan tempo dulu, yakni Dasaad Muhsin.
Baca Juga:WBA vs Chelsea: Posisi Kiper Termahal TerancamBeredar Video Terkait Kaburnya Terpidana Mati Asal Tiongkok, Anggota Komisi III: Janggal
Dasaad memang seorang pribumi yang sukses dalam dunia usaha. Selain Dasaad, kadang-kadang minta bantuan ke Teuku Markam. Walaupun begitu, di 1966, 1967, dan seterusnya tetap saja Bung Karno diberi gelar ‘koruptor agung’!
Saking kesalnya kepada oknum-oknum yang selalu menghubungi saya untuk minta bertemu, suatu saat saya menyatakan bersedia bertemu.
Oknum-oknum tadi berasal dari Malaysia.