JAKARTA-Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh menjadi sorotan di Iran. Selain ia adalah ilmuwan nuklir Iran kesekian yang menjadi target pembunuhan, ia juga disebut terlibat dalam proyek senjata nuklir di sana. Oleh negara-negara barat dan Israel, ia disebut sebagai otaknya program nuklir Iran.
Berikut beberapa hal soal pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh yang dikumpulkan dari berbagai sumber, Jumat, 27 November 2020:
Lahir di Qom, Pernah Menjadi TentaraLatar belakang Mohsen Fakhrizadeh bisa dikatakan misterius. Tidak banyak yang mengetahuinya. Kelompok oposisi Iran, National Council of Resistance of Iran (NCRI), mengklaim Fakhrizadeh berasal dari kota yang dihuni komunitas Shi’ite, Qom, dan lahir di tahun 1958.
Baca Juga:3 Sumber Intelijen Anonim: Israel di Balik Pembunuhan Mohsen FakhrizadehMohsen Fakhrizadeh, Ilmuwan Nuklir Terkemuka Iran Dibunuh di Dekat Teheran
Lebih lanjut, NCRI menyebut Fakhrizadeh sempat menjadi deputi Menteri Pertahanan dan Brigadir Jenderal dari Tentara Revolusi. Di bidang nuklir, ia memegang gelar insinyur nuklir dari Universitas Imam Hussein.
Berurusan dengan PBBKetika masih hidup, Mohsen Fakhrizadeh adalah target dari sanksi PBB. Ia bahkan disinggung dalam rancangan resolusi PBB karena dugaan keterlibatannya dalam program pengembangan senjata nuklir.
Pemerintah Iran membantah tuduhan PBB. Mereka berkata, Fakhrizadedh tidak memiliki keterkaitan apapun dengan program nuklir mereka. Namun, beberapa negara percaya bahwa Fakhrizadeh, secara diam-diam, masih terlibat dalam program nuklir Iran.
Seharusnya Bertemu PBB Tahun IniAgensi Energi Atom Internasional (IAEA) dari PBB sejatinya berencana menemui Mohsen Fakhrizadeh tahun ini. Mereka ingin menyelidiki dugaan Iran diam-diam melanggar kesepakatan nuklir JCPOA untuk melakukan pengayaan nuklir bagi senjata barunya. Sesuai isi JCPOA, Iran hanya boleh melakukan program pengayaan nuklir sesuai batas yang diatur.
Fakhrizadeh menjadi sasaran mereka karena hasil laporan lembaga pengawas PBB. Pada 2011, mereka mengeluarkan laporan yang mengatakan Fakhrizadeh lagi-lagi membantu Iran untuk mengembangkan teknologi dan skill yang dibutuhkan untuk penciptaan bom atom. Iran kembali membantah tuduhan itu. (*)