Badan intelijen Israel, Mossad, telah dikenal sebagai badan intelijen yang kredibel dan disegani di dunia. Reputasinya dalam menjalankan misi, operasi pembobolan data intelijen, dan bahkan operasi pembunuhan, telah dikenal secara luas.
Dilansir dari Sputniknews, 24 Juli 2018, mengutip laporan surat kabar Prancis, Le Monde, yang membeberkan operasi terselubung Mossad terutama di Eropa. Laporan ini berdasarkan pada sumber intelijen yang terlibat langsung atau mengetahui operasi terselubung Mossad di Prancis. Dikatakan salah satu kunci operasi Mossad adalah perencanaan dan diluncurkan berdasarkan operasi improvisasi dan data yang benar-benar lengkap dan didukung teknologi untuk memuluskan operasi pembunuhan.
Salah satunya operasi pembunuhan di Bercy, Paris, ketika operasi pembunuhan pada 2010 yang kontroversial. Operasi ini menargetkan pemimpin Hamas, Mahmoud Al-Mabhouh pada Januari 2010, menurut Le Monde, setelah sebelumnya Austria yang diduga telah digunakan sebagai markas informal agen Mossad.
Baca Juga:Donald Trump Retweet Unggahan Pakar Mossad Soal Pembunuhan Mohsen FakhrizadehPusatnya Laut Kidul, Gempa Tektonik Bermanigtudo 4,9 Goyang Sukabumi
Namun pembunuhan Al-Mabhouh bukanlah satu-satunya operasi yang direncanakan dari Prancis yang didokumentasikan oleh Le Monde. Aksi Mossad lainnya termasuk upaya bersama Israel-Perancis untuk merekrut agen Suriah yang mencoba membeli senjata kimia, setelah perusahaan Israel menawarkan untuk menyadap pertemuan Dewan Uni Eropa di Brussels, dan operasi perusahaan keamanan swasta Black Cube yang terkenal, yang memiliki kantor di Paris’s Place Vendome. .
Mossad juga diduga berusaha merekrut agen intelijen Prancis sebagai agen ganda selama operasi gabungan pada 2010, yang berujung pada pengusiran kepala perwakilan Mossad di Paris dan sejumlah pegawai di Kedutaan Besar Israel.
Namun rupanya operasi Mossad di Prancis jauh lebih jauh dan lampau. Yang pertama dikenal adalah pembunuhan Mahmoud Hamshari pada Desember 1972, seorang perwakilan PLO.
Dengan menggunakan agen yang berperan sebagai jurnalis Italia, Mossad memancing Hamshari dari apartemennya untuk memungkinkan tim Mossad memasukkan dan memasang bom di bawah teleponnya.
Agen Mossad yang berperan sebagai wartawan kemudian menelepon apartemen Hamshari dan bertanya apakah dia berbicara kepada Hamshari. Setelah Hamshari mengidentifikasi dirinya, sinyal detonasi dikirim ke saluran telepon, menyebabkan bom meledak. Hamshari terluka parah dalam ledakan itu, tetapi sempat sadar dan memberitahu detektif kepolisian Prancis apa yang terjadi. Namun akhirnya dia meninggal di rumah sakit beberapa minggu kemudian.