JAKARTA-Salah satu gejala Covid-19 adalah kehilangan kemampuan indra penciuman. Namun, orang yang terserang flu atau pilek juga mengalami kehilangan indra penciuman. Bagaimana membedakan kehilangan kemampuan indra penciuman antara gejala corona dengan influenza atau pilek?
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa anosmia atau kehilangan indra penciuman menjadi gejala paling umum yang dialami oleh pasien virus corona. Temuan yang dihimpun oleh peneliti di Office for National Statistics (ONS) juga mengindikasikan bahwa anosmia tak hanya terjadi pada pasien bergejala, tetapi juga dialami oleh kelompok asimptomatik.
“Jumlah orang yang dites positif Covid-19 dengan gejala kehilangan rasa atau bau (anosmia) meningkat paling banyak di semua kelompok umur,” tulis tim peneliti dalam ringkasan laporannya.
Baca Juga:Farida Pasha ‘Mak Lampir’ Misteri Gunung Merapi Meninggal Dunia, Ify Alysa: Love You So Much IbuGeger, Ditemukan Mayat Balita Jenis Kelamin Perempuan Terbungkus Plastik di Pinggir Jalan Arah Bandung
Anosmia atau kehilangan penciuman sementara adalah gejala neurologis utama dan dapat menjadi salah satu indikator COVID-19 dan juga paling sering dilaporkan.
Terdapat perbedaan antara anosmia yang disebabkan oleh virus Corona dengan anosmia akibat infeksi virus yang secara langsung merusak serabut saraf sensorik penciuman.
Apa Itu Anosmia?
Anosmia adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencium bau. Beberapa orang mengalami anosmia sejak lahir, sedangkan yang lain kehilangan kemampuan mencium bau seiring waktu. Kondisinya mungkin permanen atau hanya sementara.
Anosmia dan hiposmia dialami sekitar 3% sampai 20% populasi. Risiko gangguan penciuman akan meningkat seiring bertambahnya usia dan dapat disebabkan oleh penyakit sinus dan hidung kronis, trauma kepala yang parah, dan infeksi saluran pernapasan atas, atau penyakit neurodegeneratif.
Gangguan ini mengganggu kemampuan Anda untuk merasakan bau pada makanan, lingkungan, serta menghambat kualitas hidup terkait interaksi sosial, makan, dan perasaan sejahtera.
Mencium bau adalah proses kompleks yang melibatkan komunikasi antara otak dan hidung. Ketika seseorang mengendus bau, udara akan mengalir ke hidung, dan molekul bau menempel pada reseptor di saraf penciuman. Saraf ini melapisi epitel olfaktorius, yaitu jaringan yang melapisi rongga hidung.
Saat molekul bau dari lingkungan menstimulasi saraf olfaktorius, mereka akan mengirimkan sinyal ke otak. Kemudian otak menerima informasi penciuman dan memprosesnya menjadi bau yang dapat dikenali oleh seseorang.