BERITA-Detak jantung Christian Eriksen sempat berhenti setelah kolaps dalam laga pembuka Grup B Euro 2020 saat Denmark menjamu Finlandia di Stadion Parken, Kopenhagen, Sabtu, 12 Juni malam.
Pada menit ke-43 pertandingan, Eriksen tumbang di atas lapangan dan sempat mendapat tindakan resutasi jantung paru (CPR) dari petugas medis dengan memompa dada Eriksen.
“Ketika saya tiba di sana, ia terbaring menyamping, masih bernafas dan saya masih bisa melihat jantungnya berdetak, tetapi tiba-tiba semuanya berubah dan sebagaimana orang-orang lihat kami mulai melakukan tindakan CPR,” kata dokter timnas Denmark Martin Boesen dilansir dari Antara.
Baca Juga:Foto Jokowi Doakan Jenazah Elisye W Ketaren, Ini Komentar Warganet30 Detik, Penyelam Ini Terhisap ke Mulut Ikan Paus
“Bantuan datang sangat-sangat cepat dari petugas medis serta staf lainnya, dan dengan kerja sama semua pihak kami bisa mengembalikan Christian,” ujarnya melengkapi.
Adegan itu membuat para pemain Denmark tampak khawatir yang kemudian menular ke seisi Stadion Parken yang tribunnya terisi sekira 16 ribu suporter tuan rumah dan Finlandia.
Belakangan Eriksen dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan dalam keadaan sadar serta kondisi yang berangsur stabil.
Sejauh ini belum ada pengumuman resmi terkait penyebab kolapsnya pemain Inter Milan tersebut. Namun, henti jantung adalah penyebab paling umum kolaps saat olahraga. Kondisi yang dikenal juga dengan istilah cardiac arrest berbeda dengan serangan jantung.
Sebelum peristiwa yang terjadi terhadap Eriksen, begitu banyak pesepak bola yang mengalami masalah jantung. Sebagian dari mereka berhasil diselamatkan, sementara lainnya meninggal di lapangan atau di kamar hotel. Siapa saja mereka?
Marc-Vivien Foe
Marc-Vivien Foé adalah bagian dari skuat Kamerun untuk Piala Konfederasi FIFA 2003. Pada 26 Juni, Kamerun menghadapi Kolombia di semifinal, yang diadakan di Stade de Gerland di Lyon, Prancis. Pada menit ke-72, Foé ambruk di tengah lingkaran tanpa ada pemain lain di dekatnya. Setelah tim medis berupaya untuk menyadarkan Foe, dia ditandu keluar lapangan untuk menerima resusitasi dan oksigen dari mulut ke mulut.
Petugas medis menghabiskan 45 menit mencoba untuk menghidupkan kembali jantungnya. Meskipun Foe masih hidup saat tiba di pusat medis stadion, dia meninggal tak lama kemudian. Otopsi pertama tidak menentukan penyebab pasti kematian, tetapi otopsi kedua menyimpulkan bahwa kematian Foé terkait dengan jantung karena ditemukan bukti kardiomiopati hipertrofik, suatu kondisi herediter yang diketahui meningkatkan risiko kematian mendadak selama latihan fisik.