Megawati Soekarnoputri kembali menyindir fenomena masyarakat. Salah satunya ibu-ibu yang antre beli baju lebaran.
Sebelum sindir ibu-ibu, mulanya Megawati mengulas mengenai penanganan pandemi covid-19. Di mana ketika itu, dirinya memberikan masukan kepada Jokowi untuk senantiasa mengutamakan aspek kesehatan.
Sekarang, ketika ekonomi sudah mulai pulih, situasinya kembali berbeda. Di sinilah Megawati sindir ibu-ibu terkait baju lebaran dan protes harga minyak goreng.
Baca Juga:Doa di Malam Lailatul Qadar dan Ciri-ciri Datangnya Malam Seribu BulanPresiden Perancis Akan Bujuk Kylian Mbappe Supaya Bertahan di Ligue 1
“Saya lihat di pasar-pasar akibat lepas aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru, tapi di satu sisi yang membuat saya bingung mereka antre minyak goreng,” kata Megawati dalam sambutan secara virtual, Kamis (21/4/2022).
Menurut Megawati, fenomena ini harus jadi bahan riset. Apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat kita.
Dalam waktu bersamaan, Megawati juga menyindir Visi Indonesia Emas 2045. Dia mempertanyakan emas yang dimaksud seperti apa.
Kemudian bagaimana cara pemerintah mencapai Visi Indonesia Emas 2045, bila anak-anak masih bermasalah dengan stunting bahkan anemia.
Sindir Demo Mahasiswa
Sindiran pun belum berhenti. Kali ini, dialamatkan untuk demo mahasiswa. Yang sedikit-sedikit turun ke jalan.
Megawati kemudian menyorot aksi unjuk rasa yang terjadi belakangan ini. Dia menyampaikan pandangannya tentang demonstrasi yang dilakukan mahasiswa.
“Belum apa-apa sudah, aduh, demo-demo. Saya tuh pikir anak sekarang nih ngerti opo, gak tho,” kata dia.
Baca Juga:Idul Fitri 2022 Berapa Hari Lagi? Muhammadiyah Sudah Tetapkan, Pemerintah Tunggu Sidang IsbatThomas dan Uber Cup 2022, Kevin Siap Dipasangkan Sama Siapa Saja
Belum selesai. pada kesempatan itu, giliran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang jadi sasaran.
Megawati mulanya menjelaskan mengenai otonomi daerah yang disahkan semasa dirinya menjadi Wakil Presiden dan Gus Dur sebagai Presiden.
Namun, perkembangannya saat ini justru banyak daerah yang ingin melakukan pemekaran. Dia mempertanyakan pemekaran tersebut.
Menurutnya pemekaran daerah tak didukung penelitian tentang potensi ekonomi.