Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta melalui Direktorat Pengembangan dan Pembinaan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh (DPPK/ST) fokus dalam mengawal pertumbuhan startup binaan di UII. Mereka akan terus dikawal sampai ke tahap komersialisasi.
Direktur DPPK/ST, Dr Arif Wismadi mengatakan, tantangan besar dari pengembangan startup pada tahap pra komersialisasi saat dihadapkan Valley of Death. Kemudian, pada saat perusahaan rintisan mulai berjalan dihadapkan risiko Startup Bubble.
Soal tantangan Valley of Death, muncul saat dukungan pemerintah dan universitas diturunkan karena inovasi dianggap matang dan siap dihilirisasi. Di sisi lain, investor masih belum tertarik dengan karya inovasi karena dirasa belum sangat siap.
Baca Juga:Money Heist Korea Telah Rilis di Netflix, Mengicahkan PerampokanCara Mendaftar di Universitas Terbuka Secara Online, Offline, dan Keliling
“Sehingga, kita komitmen dari tahap ide sampai komersialisasi kita selalu mendampingi,” kata Arif di Gedung Simpul Tumbuh, Kampus Terpadu UII, Jumat (24/6/2022).
Startup bubble ditandai PHK atau tutupnya startup yang muncul ketika pendanaan mulai berkurang dan investor harus memilih hanya ke startup yang paling unggul dan paling menjanjikan. Profit bukan tujuan utama, tapi harus berdampak besar.
Untuk menghindari kedua risiko tersebut, seleksi gagasan bisnis oleh lembaga inkubator pada tahap awal menjadi sangat penting. UII menegaskan komitmen untuk terus mendorong gagasan yang menghasilkan pain reliever dalam tingkatan ekstrem. “Jadi, inovasi kita bisa menyelesaikan persoalan orang lain, bukan menyenangkan diri kita,” ujar Arif.
Ada tujuh startup binaan UII pada 2021 menerima hibah Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemendikbudristek Rp 1.750.000.000. Usy-Box Urinalysis Rapid Test Service, Idemes 2.0, ITMS 1.0, Netraku, Next Optima, Ranger Px-Ii, dan Zakea Indonesia.
Idemes, merupakan salah satu tenan Ibisma UII dengan karya berupa penakar asupan gula otomatis sesuai profil pengguna. Saat menaikkan level pembinaan kewirausahaan tingkat global, UII mendapatkan dukungan dari Uni Eropa melalui Erasmus + ANGEL.
UII bersama 16 perguruan tinggi dan lembaga inovasi Eropa dan ASEAN. Konsorsium ini mendorong civitas akademika memimpin pengembangan bisnis yang menghasilkan dampak besar kepada solusi-solusi masalah lingkungan dan sosial kemasyarakatan.
Kepala Ibisma UII, Amarria Dila Sari menuturkan, selama empat tahun terakhir ada sekitar 150 tenant yang diinkubasi dengan pendanaan Rp 6,5 miliar. Kolaborasi itu tidak hanya dari dalam negeri tapi dari luar negeri dan berbagai negara.