Sebuah penelitian besar cacar monyet atau monkeypox mengungkapkan adanya gejala baru dari wabah yang terus menyebar sejak Mei lalu tersebut.
Sebuah studi yang diprakarsai oleh Queen Mary University of London dan diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menilai total 528 kasus cacar monyet dari 16 negara berbeda.
Studi tersebut menemukan secara keseluruhan, sekitar 98% dari mereka yang terinfeksi adalah pria gay atau biseksual. Cacar monyet terutama menyebar melalui kontak fisik langsung dengan orang yang terinfeksi. Dari 98% pasien, total 41% hidup dengan HIV.
Meski begitu, penelitian masih berlangsung untuk menentukan apakah monkeypox ditularkan secara seksual.
“Ini dapat menyerang siapa saja. Kami mengidentifikasi sembilan pria heteroseksual dengan cacar monyet. Kami mendesak kewaspadaan saat memeriksa ruam akut yang tidak biasa pada siapa pun, terutama ketika ruam dikombinasikan dengan gejala sistemik, untuk menghindari diagnosis yang hilang pada orang heteroseksual,” kata studi tersebut, melansir Newsweek, Minggu (24/7/2022).
Salah satu gejala utama yang terkait dengan cacar monyet lainnya adalah ruam lesi yang pecah di kulit. Penelitian mengungkapkan bahwa area yang paling umum muncul lesi adalah alat kelamin dan anus, bukan bagian tubuh lainnya. Area paling umum berikutnya untuk lesi adalah batang tubuh, seperti lengan, atau kaki.
Sebanyak 54 pasien juga dilaporkan mengalami ulkus genital tunggal atau luka yang muncul di area kelamin, termasuk penis, vagina, dan sekitar anus. Ini menjadi salah satu gejala cacar monyet yang saat ini belum dikenal secara luas.
Namun studi tersebut juga mencatat bahwa ulkus genital tunggal juga umum terjadi pada infeksi menular seksual (IMS). Studi tersebut mengatakan temuan ini harus dilaporkan ke profesional perawatan kesehatan, sehingga monkeypox lebih mudah didiagnosis dan diobati.
Sekitar 61 pasien dari mereka yang terinfeksi juga melaporkan nyeri anorektal, proktitis, tenesmus, atau diare atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.
Studi ini juga melaporkan gejala orofaringeal pada 26 orang, termasuk lesi di dalam mulut dan amandel, serta sakit tenggorokan, nyeri menelan, dan tenggorokan yang meradang. Ada juga kasus lesi yang muncul di kelopak mata, namun ini hanya tercatat pada tiga orang.