Ada yang Lebih Berbahaya dari Virus Corona

Ada yang Lebih Berbahaya dari Virus Corona
Virus disinformasi yang beredar marak belakangan dari para pemimpin dunia tertutup dan otoriter seperti Xi dan Trump, jauh lebih berbahaya ketimbang corona itu sendiri. (Foto: Reuters)
0 Komentar

China dan Iran menonjol karena memberangus dokter yang mencoba memperingatkan tentang virus corona, meremehkan jumlah kasus dan kematian ketika epidemi berkembang, dan menggelembungkan keberhasilan upaya karantina mereka.

Hasil dari upaya ini adalah penyebaran virus yang lebih cepat dan luas. Kika pemerintah-pemerintah ini sejak awal sudah terang-terangan, mungkin penyebaran virus lebih dapat dikontrol.

Sementara itu, Rusia, yang pemerintahnya telah mempersenjatai disinformasi di dalam dan luar negeri, melanjutkan kebiasaannya untuk menyebarkan teori konspirasi tentang asal-usul virus. Salah satu teori kospirasi mereka yang mereka sebarkan menyatakan virus corona direkayasa secara biologis oleh CIA.

Baca Juga:Jokowi Larang Pemerintah Daerah Keluarkan Kebijakan LockdownUGM Keluarkan Surat Edaran Tanggap Darurat COVID-19

Tidak mengejutkan melihat negara-negara otoriter terlibat dalam praktik-praktik semacam ini, menurut Suzanne Nossel, CEO PEN America dan mantan wakil asisten menteri di Kementerian Luar Negeri AS, dalam tulisannya di Foreign Policy. Nossel menyatakan, yang mengejutkan adalah virus disinformasi telah menginfeksi tingkat pemerintahan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

“Ini sangat meresahkan,” tulis Nossel.

Pemberangusan ilmuwan, serangan terhadap jurnalis, dan kecaman terhadap kritik telah memperlambat respons AS terhadap virus corona, dan berisiko merusak upaya untuk mengendalikan virus ketika menyebar. Terlebih lagi, tindakan pemerintah ini beresiko melemahkan kepercayaan warga terhadap otoritas kesehatan masyarakat, ilmuwan, dan dokter.

Ketika kasus pertama virus corona muncul di Amerika Serikat dan orang-orang Amerika haus akan informasi, pemerintah memperlakukan pertanyaan tentang respons kesehatan masyarakat negara itu sebagai serangan pribadi atau partisan.

Mick Mulvaney, yang saat itu menjadi pengganti sementara kepala staf Gedung Putih, menuduh media yang melaporkan virus sebagai penyerang Trump.

“Alasan mengapa kalian melihat begitu banyak perhatian yang berfokus pada virus corona adalah karena mereka (media) pikir ini akan menjadi hal yang akan menjatuhkan presiden,” ujar Mulvaney, dikutip Foreign Policy.

Nossel menilai, pemerintah juga telah membahayakan kesehatan dan kehidupan orang Amerika dengan menyebarkan kebohongan dan mendorong rasa puas diri. Pada 26 Februari, ketika hanya ada 15 kasus penyakit virus corona yang diketahui di Amerika Serikat, Trump memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi “dalam beberapa hari, akan turun mendekati nol.”

0 Komentar