Dibalik Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran

Dibalik Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran
Fasilitas nuklir Natanz Iran tahun 2007. Sebagian karena bantuan sanksi yang diberikan berdasarkan kesepakatan, Iran telah mampu memperkuat dirinya. Fasilitas nuklirnya, terutama pusat sentrifugal di Natanz, dikelilingi oleh senjata anti-pesawat. (Foto: Associated Press/Hasan Sarbakhshian)
0 Komentar

PEMBUNUHAN ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh bukanlah bertujuan menghentikan pengembangan bom atom, tetapi untuk mencegah diplomasi. Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden tidak boleh membiarkan sabotase terhadap upaya diplomasi semacam itu berhasil.

Ketika Israel merekayasa pembunuhan setengah lusin ilmuwan nuklir Iran dari 2010 hingga 2012, para pendukung pembunuhan tersebut berargumen bahwa mereka akan membantu memperlambat program nuklir Iran pada saat diplomasi multilateral hanya menunjukkan sedikit kemajuan, menurut opini Barbara Slavin dari Future of Iran Initiative di Atlantic Council di The New York Times.

Pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat (27/11) terjadi dalam konteks yang sangat berbeda.

Baca Juga:Arsenal Kembali Mimpi BurukChelsea Lawan Tottenham Hotspur Tanpa Gol

Iran lagi-lagi memproduksi uranium dalam jumlah besar, tetapi tidak mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Tindakannya sebagian besar didorong oleh penarikan sepihak pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dari kesepakatan nuklir Iran JCPOA, yang dimaksudkan untuk menutup kemampuan Iran untuk mengumpulkan cukup uranium yang diperkaya untuk membangun satu senjata nuklir hingga Januari 2031.

Iran telah berulang kali menegaskan akan kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian nuklir JCPOA jika pemerintahan Presiden AS terpilih Joe Biden setuju untuk melakukan hal yang sama dan mencabut sanksi berat yang dijatuhkan oleh pemerintahan Trump terhadap Iran. Jadi mengapa Fakhrizadeh kini harus dibunuh?

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dengan dukungan Trump, tampaknya berniat meluncurkan strategi bumi hangus terhadap Iran untuk mempersulit kembalinya upaya diplomasi di bawah kepemimpinan Biden, menurut pendapat Barbara Slavin di The New York Times.

Israel dan pemerintahan Trump tampaknya khawatir bahwa pemerintahan Biden akan segera kembali ke perjanjian nuklir JCPOA, yang dapat menghidupkan kembali ekonomi Iran yang sedang melemah dan mempersulit upaya untuk membendung pengaruh Iran di Timur Tengah. Membunuh Fakhrizadeh aka mempersulit upaya diplomasi dengan Iran.

Pemerintah Israel hingga kini tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu, tetapi banyak laporan dan cara berani pembunuhan terhadap Fakhrizadeh tegas mengarah pada agen-agen Mossad. Sementara itu, pemerintahan Trump bisa saja tahu atau tidak tahu tentang rencana tersebut sebelumnya. Namun, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo baru-baru ini berada di Israel, sementara pemerintahan Trump belum mengutuk pembunuhan itu sejauh ini.

0 Komentar