Petugas medis telah memperingatkan bahwa wanita yang menderita endometriosis perlu berhati-hati, karena kondisinya bisa menjadi pembunuh diam-diam atau silent killer.
Lebih dari 176 juta wanita di seluruh dunia kemungkinan menderita endometriosis, yang mana kondisi ini menyebabkan berbagai efek samping buruk.
Para peneliti pun memperingatkan bahwa mereka yang terkena endometriosis juga 34 persen lebih mungkin menderita stroke.
Baca JugaSinopsis Film ‘Orphan: First Kill’, Segera Rilis di Paramount+Ada Agnez Mo sampai Jhonny Iskandar di Synchronize Fest 2022
Stroke adalah kondisi darurat yang mengancam jiwa, yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan yang memutus suplai darah ke otak.
Para ahli di AS memantau lebih dari 112.000 wanita selama periode 30 tahun. Mereka melihat secara khusus hubungan antara penyakit dan stroke iskemik.
Baca JugaKenali Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius, Berikut Cara PenanganannyaPerpustakaan Jakarta Taman Ismail Marzuki Dibuka Untuk Umum
Hasil analisis kondisi wanita dalam penelitian ini, 5.244 di antaranya 34 persen lebih berisiko menderita kondisi kronis.
Penelitian yang diterbitkan di American Stroke Association, para ahli mengatakan mereka tidak dapat menentukan jangka waktu antara diagnosis endometriosis dan wanita yang kemudian mengalami stroke.
Penulis studi senior Prof Stacey A Missmer mengatakan dokter harus menyelidiki hubungan keduanya lebih lanjut.
Baca JugaCovid-19 Naik Lagi, Jokowi Ingatkan Pakai Masker di Luar dan di Dalam RuanganPerusahaan Baim Wong Daftarkan Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI
“Temuan ini menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat endometriosis mungkin berisiko lebih tinggi terkena stroke,” kata profesor kebidanan, ginekologi dan biologi reproduksi di Michigan State University College of Human Medicine di Grand Rapids dikutip dari The Sun.
Dokter juga harus memeriksa kondisi kesehatan wanita secara keseluruhan, termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan faktor risiko stroke baru lainnya. Tidak hanya gejala terkait endometriosis secara khusus, seperti nyeri panggul atau infertilitas.
Sebanyak 93 persen peserta penelitian adalah wanita kulit putih, sehingga sulit untuk memastikan risiko ini juga dialami wanita dari ras lainnya atau tidak.
Baca JugaKalahkan Curacao, Timnas Indonesia Naik 2 Peringkat di FIFANiat dan Keutamaan Puasa Dzulhijjah Jelang Idul Adha
Meskipun, peneliti juga memperhitungkan faktor risiko lainnya, seperti kebiasaan konsumsi alkohol, berat badan, dan siklus menstruasi.
Para ahli juga menganalisis apakah partisipan mengonsumsi pil kontrasepsi atau obat menopause atau tidak.
Selain itu mereka juga menanyakan kepada pasien riwayat merokok, pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan faktor sosial ekonomi seperti pendapatan.
Baca JugaHasil Malaysia Open 2022: Fajar/Rian Raih Runner UpPrediksi Liga 1: Bali United vs Persik Kediri, Bali United Masih Diunggulan
Namun mereka menyimpulkan bahwa hubungan antara dua kondisi tidak dapat dievaluasi. Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim dapat tumbuh pada organ lain seperti saluran tuba, ovarium, dan usus.
Kondisi ini bisa sangat menyakitkan, terutama selama periode, membuat seks dan pergi ke toilet menyiksa, dan menyebabkan masalah kesuburan.
Kondisi ini biasanya memburuk, terutama jika tidak diobati. Sebuah studi sebelumnya, yang diterbitkan pada tahun 2021 juga mendeteksi hubungan dengan stroke.