Stop Mei

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
0 Komentar

Melihat video itu saya benar-benar horeeeee! Mei sudah di depan mata. Covid-19 segera lenyap dari bumi.

Horeeeee saya itu ternyata tidak lama. Terbacalah oleh saya tulisan Prof. DR. Moch Nur Ichwan. “Itu memanipulasi hadis,” tulisnya. (Tulisan lengkapnya di sini: Meramal Akhir Covid-19 dengan (Memanipulasi) Hadis Nabi)

Nur Ichwan terlalu cepat menerbitkan tulisannya. Padahal saya ingin agak lama sedikit memimpikan datangnya bulan Mei.

Baca Juga:Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo: PSBB Tetap Mengacu Peraturan MenkesTitip Perusahaannya Lawan Corona, Stafsus Jokowi Minta Maaf dan Tarik Suratnya Ke Camat

Dr. Nur Ichwan adalah dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Masternya dari Leiden University, Belanda. Gelar doktornya dari Tilburg University –antara Leiden dan Eindhoven. Ia pernah mondok di nJorsan, Ponorogo.

Penjelasannya detail sekali. Kok saya jadi setuju dengan Nur Ichwan. Meski harus kehilangan harapan pada Mei. Tentu, bisa saja saya balik menyenangi bulan Mei. Kalau ada penjelasan tandingan dari yang seperti ahli hadis tadi.

Di samping dua masalah itu masih banyak perdebatan lain tentang Covid-19 dari sudut Islam.

Tapi ya sudahlah.

Kan perlu tahu juga yang terjadi di kalangan Kristen. Yang lalu-lintas medsosnya didominasi oleh pendeta Niko Njotorahardjo dan pendeta Stephen Tong.

Dua-duanya hebat. Keduanya sudah tua. Niko 71 tahun. Tong 79 tahun. Dua-duanya punya pengikut yang sangat besar.

Seimbang. Dari segi itu.

Pendeta Niko lahir di Bondowoso. Ia jadi pendeta atas bimbingan Pendeta Dr. Abraham Alex Tanuseputra.

Di Surabaya Pendeta Alex ini amat terkenal. Ia-lah pendiri gereja Bethany di Semolowaru, Surabaya. Yang gerejanya sangat besar dengan arsitektur dom –seperti sebuah convention center.

Baca Juga:Kamu Wajib Baca! Ini 5 Kelemahan COVID-19Data Sebaran Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia

Bethany lantas dikenal sebagai gereja yang kaya raya. Dengan jemaat yang kaya-kaya.

Ketika Bethany mengembangkan diri ke Jakarta, Niko-lah yang dipercaya sebagai pimpinan Bethany wilayah barat.

Niko menjadi terkenal di Jakarta. Jemaatnya terus bertambah. Lalu mendirikan gereja sendiri di luar Bethany –ikut Gereja Bethel Indonesia.

Gereja baru itu menempati Gereja Bethany yang di Jakarta itu –entah bagaimana hitungannya.

Di pusatnya sendiri, di Surabaya, Bethany juga pecah. Bahkan sangat serius. Saling pecat. Pun antara anak kandung dan bapak biologis.

0 Komentar