WHO dan China Kaburkan Fakta COVID-19?

WHO dan China Kaburkan Fakta COVID-19?
Tedros Adhanom Ghebreyesus (kiri), berjabat tangan dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing pada 28 Januari. NAOHIKO HATTA - POOL / GAMBAR GETTY
0 Komentar

Ahli epidemiologi WHO, Bruce Aylward, yang memimpin kunjungan itu, menerangkan China tidak menyembunyikan apa pun. Ketika ditanya berapa banyak orang yang dimasukkan ke dalam karantina, isolasi, atau pembatasan tempat tinggal, Lindmeier merujuk pada angka-angka dari Komisi Kesehatan Nasional China — yang jauh lebih kecil daripada angka yang dihitung oleh The New York Times dalam laporannya As Fears of a Pandemic Mount, W.H.O. Says World Is Not Ready.

“WHO hanya memakai data ini,” katanya lagi.

Namun tidak jelas apakah para pakar WHO yang melakukan perjalanan ke China cukup memahami situasi di lapangan. Sebagai contoh, berdasarkan angka dari Provinsi Guangdong China Selatan, WHO berpendapat kasus yang tidak terdeteksi jarang terjadi. Namun, program skrining untuk COVID-19 hanya mencakup pasien yang demam. Padahal di Jerman, sebagian besar pasien positif tidak menunjukkan demam.

WHO juga membiarkan banyak pertanyaan terbuka tentang bagaimana tepatnya pelibatan publik dalam laporannya. Orang-orang Tiongkok telah bereaksi “dengan keberanian dan keyakinan,” katanya. Pun, mereka telah “menerima dan mematuhi langkah-langkah membendung virus yang paling kejam.”

Baca Juga:Ini Panduan Gunakan Aplikasi Video Conference yang Aman Menurut Badan Siber dan Sandi NegaraLima Daerah Jabar Sepakat Ajukan Status PSBB Bersamaan

“Masyarakat telah menerima sebagian besar tindakan pencegahan dan pengendalian dan berpartisipasi penuh dalam pengelolaan isolasi diri dan peningkatan kepatuhan publik,” kata laporan WHO.

Di China, tidak ada langkah yang tidak bisa digunakan di tempat lain, tutur Aylward.

Tampaknya, WHO memang sengaja memutus dialog dengan pihak lain, terutama jika ada argumen yang berlawanan dengan sikap mereka.

“Keseragaman narasi ini seharusnya merupakan seruan bangun tidur,” kata Mareike Ohlberg dari Mercator Institute for China Studies yang berbasis di Berlin.

Ohlberg mengatakan, pernyataan WHO jelas sangat dipengaruhi oleh Partai Komunis China. Dia terkejut, sejak awal banyak pakar mengulangi informasi dari Beijing tanpa kritik sama sekali. Laporan WHO dengan tepat menekankan komitmen heroik penduduk Wuhan.

Mungkin ini yang dinamakan cinta buta WHO pada China. (*)

0 Komentar