Zakia Fachrur

Zakia Fachrur
Foto: Dahlan Iskan
0 Komentar

“Saya sebenarnya juga takut sekarang ini. Tapi saya kuat-kuatkan,” ujar Zakia.

Zakia bersama Fitra dan Faiz di depan asrama di Wuhan.

Saya juga menghubungi Fachrur Razi, mahasiswa kedokteran asal Sampang, Madura. Yang satu kamar dengan mahasiswa sesama asal Sampang.

Fachrur baru semester tiga –segera ke semester empat. Orang tuanya juga ketakutan akan nasib anaknya. Minta sang anak pulang. “Saya juga takut di sini. Tapi bagaimana lagi,” ujar Fachrur.

Baca Juga:Jangan Aneh-Aneh Kamu Bukan Kobe BryantChina Geram Mantan Perwira Intel Israel Tuding Corona Senjata Biologi yang Bocor

Tempat kuliah Fachrur ini memang di Provinsi Hubei tapi di Kota Xianning –sekitar 100 di utara Wuhan. Kota ini juga diisolasi. Fachrur tidak bisa ke mana-mana.

Tiap hari di kamar saja. Sudah dua minggu ini tidak berani keluar kamar.

Udara lagi dingin, 4 derajat Celsius. Fachrur tidak berani menghidupkan mesin pemanas. “Takut tagihan listriknya mahal,” ujar Fachrur.

Ia memilih memakai baju tebal. Dan selimut tebal.

Di kamarnya itu tidak pula ada televisi.

Di kamar pun Fachrur memakai masker. “Untuk kehati-hatian,” katanya.

Masker itu didapat dari universitas. Tiap penghuni asrama diberi masker 20 buah. “Saya masih punya 15,” ujar Fachrur.

Tapi Zakia sudah berani keluar asrama. “Saya pakai masker rangkap dua,” ujarnya sambil ketawa.

Itu dia lakukan kemarin. Ketika bahan makan di kamar temannyi itu habis. Zakia berjalan sekitar 10 menit. Ke toko yang sudah mulai buka di dekat asrama. “Tokonya orang Arab,” ujar Zakia.

Sepanjang jalan menuju toko itu Zakia merasakan betapa sepi Kota Wuhan. Tapi masih dia lihat juga beberapa orang berjalan. “Yang berani jalan-jalan itu saya lihat orang berkulit hitam dari Afrika,” ujar Zakia.

Baca Juga:Risiko Tinggi Skala Global, WHO Sebut 2.014 Orang Positif Terjangkit Virus CoronaSeorang Wisatawan asal Hong Kong di Raja Ampat Diduga Terinfeksi Virus Corona

Dia juga melihat ada satu dua mobil yang lewat. Tapi dibanding biasanya tentu bisa dibilang senyap.

Kini tidak hanya virus corona yang harus diperangi di Wuhan. Tapi juga medsos yang menyebarkan hoax.

Misalnya ada yang memviralkan khasiat bunga tertentu. Yang katanya bisa sebagai obat ajaib untuk melawan virus itu.

Bahkan ada yang menganjurkan agar menyalakan mercon yang dirangkai panjang di depan rumah. Agar virus di rumah itu mati semua.

0 Komentar