Sunyi 101 Tahun Wafatnya Mayor Tan Tjin Kie, Pemakamannya Habiskan Rp5 M, Dihadiri Dubes Tiongkok

Sunyi 101 Tahun Wafatnya Mayor Tan Tjin Kie, Pemakamannya Habiskan Rp5 M, Dihadiri Dubes Tiongkok
ARTEFAK: Dinding sisa dari makam Mayor Tan Tjin Kie yang kini digunakan untuk rumah warga, Rabu (12/2). FOTO: OKRI RIYANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

sudah diambil sama keluarganya yang dari Bandung,” ungkapnya.

Budayawan Nurdin M Noer menerangkan, pemakaman Tan Tjin Kie
begitu mewah. Kala itu, interaksi antar masyarakat di Kota Cirebon yang
mempunyai latar belakang berbeda, tetap saling menghormati.

Masyarakat Jawa dan Sunda yang telah mendiami lebih dulu,
berbaur dengan bangsa-bangsa pendatang seperti Tionghoa, Arab dan India.
Kedewasaan dalam menerima satu sama lain itulah, yang kemudian menjadikan
Cirebon sebagai kota multietnis yang menjunjung nilai-nilai kebhinekaan.

Nama Majoor Tan Tjin Kie memang memiliki pengaruh luar biasa
dalam dunia politik dan militer di Kota Cirebon saat itu. Karena nama besarnya
itu, kata Noerdin, Konsul Jenderal dari Tiongkok pun turut melayat ke Cirebon.
Termasuk utusan Gubernur Jenderal Pemerintah Hindia Belanda, Residen Cirebon,
dan para Sultan Cirebon. Diperkirakan lebih dari 200.000 orang menyaksikan
prosesi jenazah tersebut.

Baca Juga:Optimalkan Kolam Renang Catherine SuryaWalikota Bisa Gunakan Diskresi, Satu Tahun sebelum Pensiun Bisa Diangkat Sekda

“Pada saat itu, di Cirebon ada tiga orang yang kekeayaanya
sangat banyak. Salah satunya adalah Tan Tjin Kie ini,” terangnya.

Menurut Noerdin, Tan Tjin Kie telah memberikan pengaruh
besar terhadap masyarakat Cirebon. Ia yang merupakan seorang pengusaha turut
membantu pembangunan Rumah Sakit Gunung Jati, Vihara Pemancar Keselamatan
(Winaon), hingga rumah tempat peristirahatan. “Kalau rumah peristirahatan itu
yang sekarang menjadi sekolah Santa Maria,” ungkap Noerdin.

Tidak hanya itu, Tan Tjin Kie juga pernah membangun masjid
di Desa Sukadana, Kecamatan Pabuaran. Arsitekturnya sangat unik dan tampak
sangat kokoh dengan fondasi cukup tinggi. Sejak dibangun sekitar awal 1919,
keasliannya masih sangat terjaga. Masjid ini didirikan atas permintaan seorang
tokoh pejuang bernama Raden Setia Pradja pada tahun 1912. “Meskipun dia sendiri
Konghu Cu, tetapi juga mendermakan hartanya untuk kelompok lain,” lanjutnya.

Sementara itu, tokoh masyarakat Tiong Hoa, Halim Eka Wardana
mengatakan, bagi masyarakat Tionghoa, Tan Tjin kie merupakan seorang tokoh yang
selalu menjunjung kedermawanan dan juga toleransi. Berkat sifatnya tersebut,
Tan Tjin Kie begitu dihormati saat itu. Bukan saja oleh etnis Tionghoa, tapi
oleh seluruh masyarakat pada umumnya. Terbukti, saat meninggal, Kota Cirebon

0 Komentar