Mengikuti saran Ainun, Habibie sempat berganti baju tidur. Namun matanya tak bisa terpejam. Obrolan anggota pasukan pengamanan yang berjaga di bawah jendela kamar tidur, terdengar Habibie.
Tak ingin mengganggu istrinya, Habibie pelan-pelan beranjak dari tempat tidur. Dia menutup guling dengan selimut, agar istrinya menganggap Habibie masih berbaring di sampingnya.
Dari kamar tidur, Habibie menuju ruang kerja dan menyusun catatan mengenai langkah-langkah awal, dan kebijakan dasar serta prinsip yang harus segera diambil. Beberapa catatan yang dipikirkan malam itu, mengantarkan Habibie menjadi presiden yang mengantar Indonesia menuju alam demokrasi.
Baca Juga:Detik-Detik Menegangkan, Cerita Harmoko Saat Habibie Jelang 21 Mei 1998Sebelum Terpilih Jadi Ketua KPK, Firli Klarifikasi Soal Pertemuannya dengan TGB
Sebagai mana ditulis Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan tersebut, langkah-langkah tersebut antara lain adalah :
- Saya mewarisi bentuk institusi kepresidenan yang sangat berkuasa dalam lingkungan dan budaya feodal. Hal ini harus segera saya akhiri, tanpa memberi kesan yang dapat disimpulkan sebagai “penguasa” yang lemah dan takut.
- Tahanan politik harus segera saya lepaskan dan tidak boleh lagi terjadi bahwa orang yang bertentangan dengan pendapat atau rencana Presiden, harus dimasukkan ke dalam penjara.
- Kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers dan kebebasan unjuk rasa harus segera dilaksanakan.
- DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang demokratis. Dan kesempatan terbuka untuk mendirikan partai politik asa saja asal tidak melanggar UUD 45 dan Ketetapan MPR
- Sidang Istimewa MPR harus segera diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memberi dasar hukum bagi reformasi dan pemilu yang dibutuhkan. Hanya dengan demikian, suatu revolusi dan khaos, yang bisa memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat dicegah.
Beberapa catatan tersebut, akhirnya mengantarkan Habibie menjadi Presiden Indonesia yang membawa negara ini ke era demokrasi. Habibie membuka peluang bagi terselenggaranya pemilu demokratis yang diikuti secara bebas oleh partai politik. Habibie membuka kran kebebasan pers. Habibie pula yang memberikan amnesti dan pembebasan bagi tahanan politik di masa Orde Baru.
Namun, Soeharto masih enggan berjumpa dengan Habibie. Bahkan hingga akhir hayatnya, Soeharto yang sudah menganggap Habibie seperti anak sendiri itu tidak sekali pun bertemu Mr Crack itu.