MAKASSAR–Sekolah secara umum hampir tidak bisa dipisahkan dari penjual jajanan di sekitarnya.Pada umumnya anak sekolah, selain mengonsumsi makanan di rumah juga memiliki kebiasaan membeli jajan di sekolah.
Hal ini harus menjadi perhatian karena jajanan menjadi bagian yang memberi kontribusi asupan pangan pada anak.
Untuk itu, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia, Dr Alfina Baharuddin melakukan kegiatan pengabdian salah satunya di SD inpres Galangan Kapal II kel kaluku bodoa Kecamatan Tallo.
Baca Juga:Situs Kemendagri Diretas, Polisi Tunggu Hasil Investigasi ResmiKampus-Kampus Besar Tolak Aksi Gejayan Memanggil
Dalam pengabdian ini metode yang digunakan yakni pemberian edukasi tentang jajanan sehat. Juga demonstrasi uji zat berbahaya pada jajanan yang meliputi uji formalin, boraks, dan pewarna makanan yang berbahaya yakni, mehanil yellow dan rhodamin B.
Ada banyak jenis jajanan yang umumnya dijual disekitar sekolah seperti lontong, otak-otak,tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop dan cilok. Kebanyakan jajanan tersebut umumnya telah mengalami pencemaran kimiawi karena menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) illegal seperti Borax (pengempal Yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanyl yellow (pewarna kuning pada tekstil).
Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. “Pengaruh jangka pendek Penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual,” ungkapnya. (Fajar)