PARA pejabat Amerika Serikat (AS) dan Kurdi pada Selasa (8/10) malam mengatakan bahwa mereka memperkirakan Turki akan melancarkan serangan besar ke Suriah timur laut dalam 24 jam ke depan, setelah Presiden AS Donald Trump tampak memberi Ankara lampu hijau untuk memulai operasi militer.
Persiapan itu datang seiring pemerintah AS berusaha untuk menarik pengumuman mengejutkan Trump pada Minggu (6/10), setelah panggilan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, di mana Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari perbatasan dengan Turki, yang membuka jalan bagi Ankara untuk bergerak maju dan berpotensi melancarkan serangan terhadap sekutu Amerika, Kurdi.
Para pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada para pemimpin Kurdi pada Selasa (8/10), bahwa setiap serangan Turki akan dibalas dengan sanksi ekonomi dan politik yang keras, Bassam Saker, perwakilan Dewan Demokratik Suriah (SDC) untuk Amerika Serikat, mengatakan kepada Foreign Policy.
Baca Juga:FPI Masuk Wamena Mengibarkan Bendera Merah Putih dan Posko Jihad Wamena, Ini FaktanyaPelantikan Jokowi Tetap 20 Oktober, Cuma Mundur Beberapa Jam
SDC adalah lengan politik Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, yang sebagian besar adalah milisi Kurdi yang bertanggung jawab untuk membebaskan Suriah timur laut dari ISIS.
Namun tampaknya Turki belum tergerak oleh ancaman sanksi AS. Para pejabat Turki memberi tahu Kedutaan AS bahwa operasi militer Turki akan dimulai dalam satu hari, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan kepada Foreign Policy pada Selasa (8/10) malam. Dua pejabat Kurdi mengkonfirmasi jadwal tersebut. Sementara itu, Turki mulai menembaki pos perbatasan SDF pada hari sebelumnya.
“Wilayah perbatasan NE #Syria berada di tepi kemungkinan bencana kemanusiaan,” kata Jenderal Mazloum Kobani, Komandan SDF, dalam sebuah unggahan Twitter. “Serangan ini akan menumpahkan darah ribuan warga sipil tak berdosa.”
Para pejuang Kurdi bergerak ke utara menuju perbatasan “dalam jumlah yang signifikan,” kata pejabat senior pemerintah, meninggalkan sedikit pasukan untuk menjaga penjara di seluruh negara yang dipenuhi dengan pejuang ISIS dan menangkis sisa-sisa kelompok teroris tersebut.
Memang, ISIS pada Selasa (8/10) melakukan beberapa bom bunuh diri di posisi-posisi SDF di kota Raqqa, menurut kelompok itu.
Serangan Turki yang akan datang itu digerakkan seiring para pejabat pemerintah AS mencoba meremehkan perubahan kebijakan Trump. Selama pertemuan antara Departemen Luar Negeri AS dan perwakilan SDC, para pejabat AS menekankan bahwa pernyataan pada Minggu (6/10) itu bukan “lampu hijau” bagi Turki untuk menyerang, kata Saker.