JAKARTA-Fenomena crosshijaber atau laki-laki yang berpakaian muslimah belakangan ramai di media sosial. Dalam unggahan yang banyak beredar disebutkan bahwa mereka kerap ditemui di sejumlah tempat-tempat publik, mulai dari mall, masjid, bahkan hingga ke toilet perempuan.
Sebuah akun bernama @sheila_aidi, bahkan mengatakan bahwa para crosshijaber tersebut sangatlah totalitas dalam berdandan. Bahkan, mereka memakai pakaian muslimah hijab syar’i lengkap dengan kaos kaki, manset dan niqab. Hal tersebut konon dilakukan untuk memenuhi kepuasan seksual atau fetish bagi para pelaku crosshijaber.
Banyak masyarakat kemudian merespons hal itu dengan mengatakan pelaku crosshijaber memiliki kelainan. Tapi, bagaimana sebenarnya perilaku crosshijaber dalam pandangan psikologis?
Baca Juga:Batas Waktu Habis, Kasus Novel GelapIndonesiaLeaks Ungkap Bukti Baru Buku Merah
Menurut Psikologi Klinik Angsamerah Inez, secara umum crosshijaber merupakan salah satu bentuk crossdressing. Inez menjelaskan bahwa setiap orang memiliki seksualitas yang unik. Sehingga, menemukan satu penyebab untuk menjelaskan semua kejadian sulit.
“Karena seksualitas masing-masing orang unik, motivasi setiap orang untuk crossdress juga berbeda-beda. Yang cukup sering dibahas dalam psikologi adalah crossdressing dalam konteks fetish, yaitu ketika perilaku crossdress bisa memunculkan gairah seksual pada orang tersebut,” kata Inez.
Fetish sendiri, lanjut Inez, ada yang sudah termasuk gangguan ada juga yang merupakan variasi dari perilaku seksual manusia yang unik.
“Yang penting, ketika memang perilaku sudah menimbulkan distress untuk diri sendiri maupun orang di sekitarnya, akan lebih baik jika individu tersebut melakukan konsultasi psikologis,” ungkap Inez. (*)