Atas prestasinya ini, Tito ditunjuk sebagai Kepala Densus 88 Antiteror pada 2009-2010.
Pangkat Irjen diraih Tito saat menjabat sebagai kapolda tipe A di Papua pada 2012 hingga 2014 dan Kapolda Metro Jaya pada 2015-2016.
Saat menjadi Kapolda Metro Jaya, Tito dipuji Istana karena kecepatannya dalam menangani teror Bom Thamrin pada 14 Januari 2016.
Baca Juga:Wishnutama, dari Pengarah Kreatif Asian Games 2018 Jadi Calon Menteri Kabinet Kerja Jilid IIDari Go-Jek Hingga Calon Menteri, Ini Profil Nadiem Makarim
Tito memperoleh pangkat Komjen atau bintang tiga saat ia menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016. Penunjukkan ini lantaran Tito dinilai berpengalaman dalam menangani teroris.
Lulusan terbaik Akpol 1987 ini terbilang memiliki karir tercepat di Polri dibandingkan rekan-rekan seangkatannya.
Tercatat ia lima kali mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa saat perwira menengah dan perwira tinggi.
Baru tiga bulan menjabat sebagai Kepala BNPT, pada Juli 2016, Tito ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri di masa pemerintahan Jokowi-JK. Dengan bintang empat di pundaknya, berarti ia menyalip empat angkatan di atasnya.
Di awal kepemimpinannya sebagai Kapolri, buronan pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tewas dalam kontak tembak dengan Satgas Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah.
Saat ini Satgas Tinombala masih diperpanjang masa tugasnya demi bisa mengejar para anggota kelompok MIT dibawah pimpinan Ali Kalora yang masih tersisa.
Di bawah kepemimpinannya, sebagai orang nomor satu korps baju cokelat, Tito mengklaim kepercayaan publik terhadap institusi Polri terus meningkat.
Promoter
Baca Juga:Teka-Teki Pertemuan Bupati Minahasa Selatan dan Ketum Golkar Airlangga Hartarto di IstanaPolisi Tangkap Pemilik Mobil Bernopol B 1 R1 Bawa Sajam
Penerapan program Promoter atau profesional, modern dan terpercaya yang menjadi tagline Polri saat ini, diklaimnya telah menunjukkan hasil positif.
Program Promoter dititikberatkan pada tiga kebijakan utama yakni peningkatan kinerja, perbaikan kultur dan manajemen media.
Peningkatan kinerja diwujudkan melalui peningkatan kualitas pelayanan publik, profesionalisme dalam penegakan hukum dan pemeliharaan stabilitas kamtibmas secara optimal.
Perbaikan kultur direalisasikan dengan menekan budaya koruptif, menghilangkan arogansi kekuasaan, dan menekan kekerasan. Sedangkan manajemen media dilaksanakan pada media konvensional dan media sosial, dengan menyampaikan berbagai upaya Polri dalam pemeliharaan kamtibmas dan meminimalisasi berita negatif, termasuk hoaks dan ujaran kebencian.
Tiga tahun implementasi program Promoter, dinilai Tito telah menunjukkan hasil yang baik.