SAYA dapat oleh-oleh unik: satu boks kopi. Merknya yang unik: Kopi Revolusi.
Lebih unik lagi motto yang tertulis di sachet kertas kopi itu: Kopi, Persaudaraan, dan Revolusi.
Yang membawa oleh-oleh itu Anda sudah tahu: Fahri Hamzah. Salah satu bintang layar televisi –untuk acara politik.Di sachet itu tercetak foto siluetnya. Hitam putih. Yang lagi tertawa. Bukan tawa kegembiraan yang meluap, tapi lebih pada ekspresi seorang intelektual. Tertawa tapi posisi wajahnya agak menunduk.
Baca Juga:Ratusan Warga Tiongkok Etnis Hui Rayakan Maulid Nabi di Masjid Berusia 200 TahunAncaman Letusan Merapi dalam Radius 3 Km dari Puncak
Dari situ terlihat bahwa kopi itu hanya akan ia jadikan alat. Alat politik? Alat bisnis?
“Dua-duanya,” ujar Fahri.
“Juga alat persaudaraan,” tambahnya.
Tapi apa hubungannya dengan revolusi? Apakah Fahri akan melakukan revolusi? Dan karena itu ia mendirikan partai baru?“Kita harus ingat semua tokoh revolusi Indonesia penggemar kopi,” ujar Fahri – -serius sekali.
Ucapan itu membuat saya terbawa ke masa perang kemerdekaan. Juga ke desain sachet kopi itu sendiri. Yang dibuat seperti zaman dulu. Wajah Fahri di sachet itu memang harus agak disamarkan seperti itu. Agar wajah Fahri –yang modern dan putih-bersih– tidak terlihat terlalu elit untuk sebuah citra revolusi.
Saya tidak tahu: apakah oleh-oleh kopi itu hanya sebagai simbol untuk mengajak saya mulai minum kopi –ia tahu saya bukan peminum kopi. Atau untuk tetap menjaga persaudaraan –biar pun kini ia punya partai baru.
Atau untuk mengajak saya melakukan revolusi?
Saya selalu cocok berdiskusi dengan Fahri. Kecuali soal KPK. Orang ini sangat intelek. Bacaan bukunya sangat dalam. Ia mampu menarasikan persoalan rumit. Termasuk persoalan negara.
Tokoh ini bersih –sudah begitu detil orang mencari kesalahannya. Tidak menemukannya.
Sudah lama saya menyimpulkan: Fahri Hamzah ini seorang ideolog. Bukan sekedar orang pergerakan. Bukan hanya sebatas aktivis.Ia memang aktivis. Sejak mahasiswa.
Baca Juga:Kasus Suap Pengaturan Proyek Pemkab, KPK Panggil Sekda Indramayu Rinto WaluyoPrajurit TNI Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Kebun Sayur di Perbatasan RI-Papua Nugini
Ia orang pergerakan. Bisa dilihat gerakannya selama menjadi aktivis di Partai Keadilan –lalu Partai Keadilan Sejahtera.
Ia seorang ideolog: untuk apa dulu ikut di PKS. Apa yang harus diperjuangkan lewat PKS. Dan PKS itu harus bagaimana.