“Kopi ini enak. Kuat rasa kopinya,” ujar orang Singapura ini –seperti ingin menyenangkan Fahri.
Malamnya, ketika Fahri sudah tidak bersama kami, saya tanya lagi. Yang sejujurnya.
“Bagaimana rasa kopinya,” tanya saya.“Tadi itu saya tidak hanya untuk menyenangkan,” jawabnya.
Baca Juga:Ratusan Warga Tiongkok Etnis Hui Rayakan Maulid Nabi di Masjid Berusia 200 TahunAncaman Letusan Merapi dalam Radius 3 Km dari Puncak
Kopi Revolusi dijual dalam bentuk boks yang keren. Satu boks isi 10 sachet. Masing-masing beda rasa. Tertulis di belakang sase itu: Kopi Sidikalang, Kopi Wamena, Kopi Toraja, Kopi Gayo, Kopi Sumbawa…
Kalau sachet itu dirobek terdapat terdapat drip coffee filter bag. Bubuk kopinya ada di dalam basket kecil itu. Yang disangga oleh dua kupingan kertas. Kupingan itulah yang disangkutkan di bibir cangkir. Air panas dituangkap ke basket itu.
Setelah kopinya larut basket diangkat. Kopinya diminum.
Saya pun membuka Instagram Kopi Revolusi. Ingin mengecek seberapa Fahri serius dengan jualan kopinya. Atau hanya sekedar jualan partai.
Dari instagram itu terlihat Fahri serius dengan kopinya. Dan dengan partai barunya. Sayang saya tidak tahu manis pahitnya.