KISAH Sabdo Palon, Naya Genggong Tiwikromo banyak dibicarakan orang tepat sesaat setelah Gunung Merapi beraktivitas erupsi 5 kali dalam jangka waktu tiga hari. Muncul narasi, Sabdo Palon akan menagih janji karena tahun 2020 ini, tepat 500 tahun penasehat Prabu Brawijaya V ini muksa di Gunung Lawu.
https://twitter.com/sobatjavanica/status/1248859735954087936?s=21
Sesuai janjinya, Sabdo Palon akan datang kembali setelah 500 tahun untuk mengembalikan masa kejayaan yang dahulu diraih bersama Kerajaan Majapahit. Saat dimana ilmu budi menjadi yang utama sebagai pedoman hidup masyarakat Jawa.
Ada riwayat yang menyebutkan, Sabdo Palon hidup pada masa kepemimpinan Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Ia tetap setia sebagai penasihat spiritual hingga kepemimpinan Raja Brawijaya V. Sebelumnya, Sabdo Palon dan Naya Genggong dikenal dengan Sapu Angin dan Sapu Jagad.
Baca Juga:Penyebab Rusuh Lapas Tuminting Manado, Narapidana Minta Dibebaskan karena Takut Terinfeksi CoronaNarapidana Rusuh, Lapas Tuminting Terbakar
Konon, Sabdo Palon bukanlah nama asli dari sang abdi, melainkan gelar yang diberikan sesuai dengan karakter tugas yang diemban. Sabdo Palon memiliki dua makna, “sabdo” berarti seseorang yang memberikan masukan atau ajaran, dan “palon” yang berarti kebenaran yang bergema dalam ruang semesta. Jika disatukan, “Sabdo Palon” adalah seorang abdi yang berani menyuarakan kebenaran kepada raja dan berani menanggung akibatnya.
Nama Sabdo Palon banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon, atau yang banyak dikenal dengan Jangka Sabdo Palon. Jangka Sabdo Palon diyakini sebagai karya pujangga R. Ng. Ranggawarsita.Jika selama ini dikatakan serat tersebut ditulis sebagai ramalan kehancuran Islam setelah 500 tahun kehancuran Majapahit, maka sebetulnya tujuan akhir dari pengarang Serat Jangka Sabda Palon ternyata adalah sebuah proses untuk “menerima” Islam.
https://twitter.com/sobatjavanica/status/1248949263419109377?s=21
Nukilan syair dalam Jangka Sabdo Palon yang diduga ramalan kehancuran Islam di Jawa adalah,
Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji, …
(Takdir nusa sampai kepada janji, jka sudah genap lima ratus tahun, terhitung jaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu …)