Dengan demikian, analisis artefak kuno yang selamat dari pembakaran ini mengungkapkan lebih dari sekadar praktik budaya nenek moyang orang Afrika Selatan.
“Kami mencari perilaku berulang anomali karena kami pikir itulah yang terjadi hari ini dan menyebabkan Anomali Atlantik Selatan,” kata Tarduno.
“Kami menemukan bukti bahwa anomali ini telah terjadi di masa lalu, dan ini membantu kami mengontekstualisasikan perubahan saat ini di medan magnet,” imbuhnya.
Baca Juga:Kepada Tenaga Medis, Pesan Idul Fitri Prabowo Subianto: Hormat Saya Kepada Pejuang Garda Terdepan COVID-19Makanan Lebaran Bersantan Bolehkah Dipanaskan?
Artefak ini mengungkapkan bahwa melemahnya Anomali Atlantik Selatan bukanlah fenomena sejarah yang berdiri sendiri.
Dampak Global
Fluktuasi serupa terjadi pada tahun 400-450, 700-750, dan 1225-1550. Fakta bahwa ada suatu pola memberi tahu kita bahwa posisi Anomali Atlantik Selatan bukanlah kebetulan geografis.
“Kami mendapatkan bukti yang lebih kuat bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang batas inti-mantel di bawah Afrika yang dapat memiliki dampak penting pada medan magnet global,” kata Tarduno.
Melemahnya medan magnet bumi saat ini, yang telah berlangsung selama 160 tahun terakhir, diperkirakan disebabkan oleh sebuah reservoir (danau bawah tanah) besar penuh dengan batuan padat.
Danau bawah tanah ini terletak sekitar 2.900 km di bawah benua Afrika dan disebut African Large Low Shear Velocity Province.
“Ini adalah fitur mendalam yang berusia puluhan juta tahun,” para peneliti menjelaskan dalam The Conversation tahun lalu.
“Sementara ribuan kilometer melintasi, batas-batasnya tajam,” tambah mereka.
Daerah padat ini berada di antara besi cair panas dari inti luar Bumi dan mantel yang lebih kaku dan dingin. Area itu diperkirakan mengganggu besi yang membantu menghasilkan medan magnet bumi.
Baca Juga:Warga Perantau di Jakarta Shalat Idul Fitri di Atas AtapMudik Virtual Kunjungi Keluarga, Gunakan Aplikasi Ini
Ada banyak penelitian yang harus dilakukan sebelum kita lebih memahami apa yang terjadi di sini.
Penelitian mengenai anomali di Benua Afrika ini menantang pendapat konvensional yang menyebut pembalikan kutub bisa terjadi di mana saja.
Tetapi, temuan terbaru ini menunjukkan apa yang terjadi pada medan magnet secara global ternyata terkait dengan fenomena di tempat-tempat khusus di batas inti-mantel.
“Kami sekarang tahu perilaku tidak biasa ini telah terjadi setidaknya beberapa kali sebelum 160 tahun terakhir, dan merupakan bagian dari pola jangka panjang yang lebih besar,” kata Hare.