LONDON – Pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19) menambah sikap antisemitisme. Di Inggris, satu dari lima warganya meyakini virus corona terkait dengan Yahudi.
Hal itu terungkap dalam hasil penelitian Universitas Oxford yang ditulis The Jerusalem Post One in five English people believe COVID is a Jewish conspiracy – survey, ada warga Inggris yang meyakini pandemi virus corona saat ini merupakan ulah Yahudi untuk meraih keuntungan.
Profesor Daniel Freeman yang memimpin penelitian itu mengatakan, pihaknya tertarik melihat tingkat kepercayaan publik atas teori konspirasi yang membuat orang-orang mengabaikan langkah-langkah penting dalam kesehatan masyarakat untuk meredam pandemi.
Baca Juga:Shinny Fudge Brownies, Cemilan Kekinian Anak Zaman NowSosialisasi Larangan Mudik, Beredar Video 2 Polisi Bergulat dengan ODGJ
“Makin banyak lockdown yang telah berlangsung, tanda-tanda keyakinan akan konspirasi makin besar,” ujarnya.
Guru besar psikologi klinis di Universitas Oxford itu bersama timnya menyurvei 2.500 orang dewasa yang mewakili populasi di Inggris baik secara umur, gender, wilayah, penghasilan dan sikap mereka terhadap narasi pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus corona. Survei yang dilakukan pada 4-11 Mei 2020 itu menyodorkan 48 pertanyaan, termasuk yang berbau teori konspirasi.
Ternyata 5,3 persen responden mengaku sedikit setuju dengan pernyataan bahwa Yahudi membuat virus corona untuk meruntuhkan ekonomi demi keuntungan finansial. Adapun 6,8 persen cukup setuju dengan pernyataan itu.
Kemudian 4,6 persen responden sangat setuju, sedangkan 2,4 persen responden amat sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Sisanya ada 80,8 persen yang sama sekali tak setuju.
Selain itu, ada 19,9 persen persen yang menganggap Islam menggunakan virus corona untuk menyerang nilai-nilai Barat. Namun, ada 80,1 persen responden yang menentang anggapan itu.
Sementara lebih dari seperempat responden meyakini para selebritas dibayar untuk mengaku terjangkiti virus corona. Dalam kategori itu pula ada responden yang menganggap politikus sekelas Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah berbohong dengan mengaku terkena virus mematikan tersebut.
Adapun hampir separuh responden atau 45,4 persen meyakini virus corona merupakan senjata biologis yang dikembangkan Tiongkok untuk menghancurkan Barat. Menurut Freeman, keyakinan akan teori konspirasi sangat beragam dalam hal konten.
Baca Juga:Kisah Shi Zhengli ‘Bat Woman’ Dari Laboratorium WuhanNgamuk Saat Ditegur, Begini Akhir Nasib Polisi Tak Bermasker
Di antara penganut teori konspirasi juga sering saling bertentangan. “Namun jika satu orang percaya sebuah ide, mereka lebih mungkin mendukung lainnya,” ujar Freeman.