Secara lebih luas, penolakan AS atas pengaturan-pengaturan utama persenjataan juga dapat menunjukkan antipati terhadap gagasan perjanjian internasional. Seperti dicatat oleh Direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, penarikan AS dari Open Skies, “tidak ada hubungannya dengan Perjanjian Open Skies namun berkaitan dengan fakta bahwa (Partai Republik) kontemporer melihat perjanjian internasional sebagai noda pada kedaulatan kami,” dikutip dari The Strategist.
Pada awal 2018, setahun menuju kepresidenan Trump, wadah pemikir AS Center for American Progress mengamati bahwa ‘Presiden Trump telah dengan sia-sia mengasingkan sekutu Amerika; memicu ketegangan, dan meningkatkan risiko dengan merusak kredibilitas; menyia-nyiakan niat baik orang di mana-mana; dan menyerah di tempat tinggi kepemimpinan moral dan global Amerika.’
Sejak saat itu, pemerintahan Trump terus menggerogoti fondasi arsitektur keamanan internasional.
Baca Juga:Beredar Isu ‘Sayonara The Jakarta Post’, Pemimpin Redaksi: Tetap Terbit, Benahi Perusahaan Menuju Era DigitalGubernur: Jangan Mencari Kerja di Banten
Namun tragedi terbesar pemerintahan Trump dari perspektif kebijakan luar negeri adalah bahwa gangguan ini telah terjadi pada saat dunia membutuhkan kepemimpinan AS yang konstruktif dalam urusan internasional, lebih daripada yang terjadi dalam beberapa dekade, Connor Dilleen menyimpulkan. (*)