JAKARTA-Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat John Bolton mengungkap bahwa Presiden Donald Trump pernah meminta Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membantunya memenangi pemilihan presiden AS 2020.
Pernyataan itu diambil dari kutipan buku Bolton yang akan terbit pekan depan dan dipublikasikan oleh Wall Street Journal, Rabu (17/6/2020) waktu setempat.
Pertemuan Trump dan Xi terjadi di Osaka, Jepang, Juni tahun lalu.
Baca Juga:Bersaing Temukan Vaksin Virus Corona, Berikut Daftar 8 Perusahaan Farmasi DuniaPria Dibekuk Usai Unggah Humor Gus Dur Soal Polisi, Begini Reaksi Putri Gus Dur dan Warganet
Kutipan dalam buku tersebut tertulis “Xi mengatakan ke Trump bahwa hubungan AS-Tiongkok adalah yang paling penting di dunia” dan menambahkan “sejumlah tokoh politik Amerika secara sembrono menyerukan gerakan perang dingin baru dengan Tiongkok”.
“Apakah Xi menuding tokoh Partai Demokrat atau sebagian dari kami yang berada di meja delegasi AS, saya tidak tahu. Namun, Trump segera berasumsi bahwa yang dimaksud Xi adalah orang-orang Demokrat. Trump mengiyakan dengan mengatakan bahwa di kalangan Demokrat muncul kebencian yang dalam terhadap Tiongkok,” tulis Bolton.
“Kemudian Trump, secara mengejutkan, membelokkan percakapan ke pemilihan presiden AS mendatang, memuji kemampuan ekonomi Tiongkok dan memohon pada Xi untuk memastikan dia bisa menang. Dia menekankan pentingnya faktor para petani [Amerika] dan peningkatan impor kedelai dan gandum oleh Tiongkok dalam mempengaruhi hasil pemilihan,” imbuh Bolton.
Percakapan antara Trump dan Xi digambarkan oleh Bolton sebagai salah satu dari beberapa pertemuan yang melibatkan Presiden yang dianggapnya penuh masalah.
Secara spesifik Bolton juga menyoroti kesediaan Trump untuk mencampuri penyelidikan pidana, “hingga sampai tahap dia memberi dukungan pribadi pada para diktator yang disukainya”. Bolton memberi contoh sejumlah kasus yang melibatkan firma hukum di Tiongkok dan Turki.
“Polanya seolah bahwa menghalang-halangi upaya hukum adalah cara hidupnya, yang tentu saja kami tidak terima,” kata Bolton.
Buku Bolton berjudul “In the Room Where it Happened” (Dalam Ruangan di Mana ini Terjadi) akan dipublikasikan Selasa pekan depan, setelah selama berbulan-bulan menjadi sengketa hukum antara dia dengan Gedung Putih.
Baca Juga:Gunakan Batu Berbalut Kawat Berduri, Tentara India-China Saling SerangTolak Utusan Khusus, 2 Korea Semakin Tegang
Selasa (16/6/2020) lalu pemerintahan Trump menggugat buku tersebut dalam upaya mencegahnya agar batal terbit.
Namun, justru bocoran dari isi buku itu beredar di sejumlah media massa terkemuka seperti Wall Street Journal dan The New York Times.