Bagi banyak orang, Steven A. Cook dari Foreign Policy yakin penjangkauan Uni Emirat Arab kepada kaum Yahudi mungkin tampak seperti taktik sinis. Cook sudah bisa membayangkan keberatan atas hal ini dan dapat membayangkan kritik di Twitter: “UEA hanyalah berbuat baik kepada Yahudi untuk membersihkan catatan buruk mereka di konflik Yaman dan hak asasi manusia” atau “Ini adalah hubungan masyarakat yang sinis oleh negara yang ingin menonjolkan dirinya sendiri sebagai model toleransi, tapi negara itu sama sekali bukan model toleransi selama lawan politik masih dipenjara”.
Warga Palestina membakar potret pangeran mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed al-Nahyan dan mantan kepala keamanan Palestina Mohammed Dahlan, selama protes menentang perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab, di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki Israel, Sabtu, 15 Agustus 2020. (Foto: Reuters/Mohamad Torokman)
Semua itu tentu saja merupakan masalah yang sepenuhnya valid. Cook hampir tidak naif, tetapi bersedia menerima perkataan Uni Emirat Arab jika mereka tampak sangat tertarik untuk menormalisasi Yudaisme. Bahkan jika itu sekadar publisitas, Cook masih tetap setuju. Lagipula, itu lebih baik daripada sebaliknya, ketika ada persaingan antar negara di kawasan itu dalam hal kebencian terhadap Yahudi.
Baca Juga:Praktik Komersialisasi, Klaster Pendidikan Masuk UU CiptakerUU Ciptaker Picu Keprihatinan Dunia
UEA juga tampaknya telah menciptakan dinamika positif di seluruh kawasan. Arab Saudi, yang tetap menolak untuk menjalin hubungan dengan Israel meskipun ada laporan tekanan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, kini memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap agama Yahudi. Mesir sempat melakukan introspeksi singkat tentang masa lalu dan peran orang Yahudi dalam masyarakat Mesir beberapa tahun yang lalu, tetapi masalahnya tetap rumit. Menurut opini Steven A. Cook dari Foreign Policy, para pemuda Irak tampaknya terpikir untuk melakukan hal yang sama. Mungkin apa yang dilakukan Emirat, terlepas dari apa yang dipikirkan pihak lain tentang niat mereka, akan menghasilkan sejumlah kebaikan yang sangat dibutuhkan di kawasan tersebut.
Dengan demikian, Steven A. Cook menyimpulkan di Foreign Policy, para penulis editorial, jurnalis, dan analis dapat melontarkan kritik terhadap Abraham Accords sepuas mereka. Mereka mungkin ternyata benar dan normalisasi antara Uni Emirat Arab dan Israel ternyata tidak sebermanfaat itu, tetapi bagi anak Yahudi seperti Cook dampaknya mungkin lebih besar. Cook benar-benar menantikan untuk pergi ke sinagoga di Abu Dhabi, UEA bahkan jika dia akan terus mengeluh tentang hal itu dalam perjalanan ke sana. (*)