“Kurang ajar kamu, ayo keluar!” sembur sang guru.
Otto dengan tenang keluar dari ruangan kelas. Dugaannya benar. Tuan guru menyebutnya kurang ajar karena ia anak bumiputera. Lain halnya jika ia anak orang Belanda, atau setidaknya seorang sinyo, gurunya pasti akan bilang bahwa ia adalah anak yang suka berterus terang (Nina H. Lubis, Si Jalak Harupat, Biografi Otto Iskandardinata, 2003).
Karakter itulah yang memunculkan istilah Si Jalak Harupat sebagai julukan bagi Otto Iskandardinata. Si Jalak Harupat adalah sebutan untuk ayam jantan yang kuat, pemberani, bersuara nyaring saat berkokok, dan sebagai ayam aduan ia adalah ayam jago yang sangat sulit dikalahkan.
Nama ini juga disematkan untuk nama stadion di kota kembang, Stadion Si Jalak Harupat, yang menjadi markas klub kebanggaan masyarakat Sunda, Persib Bandung. Otto sendiri sangat suka sepakbola, sempat menjadi wasit, dan pernah memimpin Persib yang dibentuk sejak 1933 (Umasih, Sejarah Pemikiran Indonesia Sampai dengan Tahun 1945, 2006).
Baca Juga:Polisi Ungkap Modus Kepala Cabang Maybank CipulirDiduga Kuras Duit Atlet e-Sport Winda Earl, Kepala Cabang Maybank Cipulir Terancam 20 Tahun Penjara
Selain sebagai guru, Otto Iskandardinata juga menaruh perhatian terhadap budaya Sunda. Tahun 1928, ia masuk Paguyuban Pasundan, kemudian terpilih menjadi ketua umum organisasi kebudayaan yang juga mencakup urusan pendidikan, sosial, politik, ekonomi, kepemudaan, serta pemberdayaan perempuan ini (R. Djaka Soeryawan, Sejarah Berdirinya Paguyuban Pasundan, 1990).
Otto sebenarnya sudah berkecimpung di kancah perhimpunan nasional sejak jauh sebelumnya. Wadah pergerakan yang dimasukinya adalah Muhammadiyah (ia pernah menjadi guru di sekolah milik organisasi kemasyarakatan berbasis agama bentukan KH Ahmad Dahlan) dan Boedi Oetomo.
Boedi Oetomo sendiri dibentuk di Batavia oleh para siswa sekolah dokter Jawa (STOVIA) pada 1908. Meski memiliki daya jangkau yang sejatinya lebih luas, namun Boedi Oetomo tetap saja identik sebagai kumpulannya para pemuda yang berasal dari keluarga ningrat Jawa, dan Otto Iskandardinata yang merupakan menak (ningrat) Sunda turut terlibat aktif di dalamnya.
Otto Iskandardinata adalah Wakil Ketua Boedi Oetomo cabang Bandung sejak 1921 hingga 1924. Kemudian dialihkan menjadi Wakil Ketua Boedi Oetomo cabang Pekalongan. Ia juga mewakili organisasinya itu sebagai anggota Gemeenteraad alias Dewan Kota Pekalongan.