“Sayang sebagian mereka langsung ikut-ikutan itu lalu langsung membentuk asosiasi bahkan asosiasi abal-abalan. Asosiasi di sini ada yang di Vietnam abal-abal, seakan-akan ada asosiasi pembeli padahal itu cuman ada satu orang namanya pak Tham tinggalnya di kota Hocimin dia sama sekali bukan pemain lobster cuma penyedia jasa atau service. Tapi kemudian membentuklah asosiasi pemebeli lobster di Vietnam,” lanjutnya.
Sedangkan kelompok keempat merupakan kelompok pemain lama dan pemain baru yang masih bingung melihat kondisi pasar. Menurut Effendi Gazali, Fahri Hamzah termasuk dalam kelompok ini.
“Kelompok keempat nah ini Fahri Hamzah termasuk di sini ni, ini kelompok ke empat pemain lama dan pemain baru yang bingung melihat keadaan dan menunggu, jadi walaupun sudah punya izin tapi masih menunggu dan tidak melakukan ekspor,” jelas Effendi Gazali.
Baca Juga:Siapa Juliari Batubara, Diduga Terima Suap Pertama Rp8,2 Miliar Tunai dari Dana Bansos Covid-19 JabodetabekTak Tanggung-tanggung, Penyuap Mensos Siapkan 7 Koper, 3 Tas Ransel dan Amplop Kecil
“Karena bingung memainkan permainan yang ngotot coba melakukan ekspor akhirnya jadilah rugi seperti saudara kita bang Fahri Hamzah. Bingung di sini di sana juga kebutulan pas dia mengirim itu harganya sedang jatuh kita punya harganya,” lanjutnya.
Kelompok terakhir merupakan kelompok LSM, yang menurut Effendi Gazali sangat menginginkan nelayan Indonesia untuk melakukan budidaya benih lobster.
“Kelima kelompok temen-temen LSM yang sangat ingin nelayan kita budidaya benih lobster, kami sependapat dengan itu,” jelas Effendi Gazali.
“Dalam peraturan yang kami siapkan harusnya ada budidaya dulu dua kali baru bisa melakukan ekspor benih lobster begitu ya,” lanjutnya. (*)