Sejumlah laporan dari pemerintahan Barat percaya MBS telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi seperti laporan PBB dan CIA. Presiden Turki Erdogan bahkan menyerukan penyelidikan internasional untuk pembunuhan Khashoggi. Namun, semua itu dibantah oleh Kerajaan Saudi.
Pada November, Shaalan al-Shaalann yang merupakan wakil jaksa penunut umum mengatakan bahwa Khashoggi telah terbunuh usai ‘negoisasi’ kembali ke Kerajaan. Khashoggi disebut tewas karena suntikan mematikan. Tubuhnya kemudian dimutilasi dan dihilangkan dengan cairan kimia. Namun, hingga saat ini jasadnya tidak pernah ditemukan.
Pembunuhan Khashoggi telah mencuri perhatian global, dengan kelompok hak asasi manusia dan advokat kebebasan pers yang menyerukan MBS dan pemerintah Saudi untuk segera bertanggung jawab.
Baca Juga:Meski Korea Utara Negara Tertutup, Hak Perempuan Sangat Diperhatikan, Salah Satunya Saat Wanita Pekerja HamilTuntut Arab Saudi Atas Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Biden Ungkap Saat Bicara ke Raja Salman
Presiden Turki Erdogan bahkan menyebutnya ‘biadab’ dan ‘pembunuhan politik’. Negara besar seperti Jerman, Finland, dan Denmark bahkan sempat menangguhkan penjualan senjata militer kepada Arab Saudi dan meminta penyelidikan yang transparan atas kasus Khashoggi.
Baca: Kematian Jamal Khashoggi, Putra Mahkota Arab Saudi Buka Suara
Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga mengatakan bahwa kasus ini sangat mengerikan. Namun ia menyatakan tetap mendukung Riyadh dan berjanji untuk tetap menjual senjata militer bernilai miliaran dolar AS ke Saudi. Namun, Kongres AS tak menyetujui langkah Trump.
“Kami tidak mengharapkan kasus seperti ini akan terjadi di masa mendatang. Tapi kami percaya sejarah akan menunjukkan bahwa teman dan kolega kami yang hilang –Jamal Khashoggi– akan selalu berada di jalan kebenaran, di mana Mohammed bin Salman telah keliru bahwa ia bisa menang dengan gergaji tulang,” demikian potongan tulisan Washington Post dengan judul One Year Later, Our Murdered Friend Jamal Has Been Proved Right. (*)