BERITA-Kubu Moeldoko kembali menyerang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kali ini, serangan dilakukan dari Hambalang, di tengah guyuran hujan lebat. Tendanya nyaris roboh karena diterpa angin kencang, nyaris saja mereka juga kesambar petir.
Ada dua tenda putih terpasang di Bukit Hambalang, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang disediakan panitia. Di dalamnya, ada beberapa kursi dan sederet meja memanjang, bertaplak putih biru. Di sini lah konferensi pers digelar.
Baca: AHY Pilihan Anak Muda Capres 2021, Moeldoko Tak Masuk Daftar
Mula-mula, cuaca di Desa Hambalang, Citereup, Bogor itu, tampak cerah berawan. Namun, tiba-tiba awan mendung datang, disusul angin bertiup kencang. Sekelebat kemudian, sekitar pukul 13.20 WIB hujan rintik membasahi kawasan di tengah hutan itu.
Baca Juga:Nyalakan AC Berselimut, Mungkin Kelelahan Maling Ini Ketiduran di Rumah KorbanUsai Diperiksa KPK, Pakar Komunikasi UI Effendi Gazali: Ada Dewa Kuasai Kuota Pengadaan Bansos
Tak biasanya memang, Hambalang dipilih sebagai lokasi konferensi pers (konpers). Karena, biasanya kubu Moeldoko cs menggelar konpers di cafe dan restoran jantung Ibu Kota.
Kenapa digelar di Hambalang? Inisiator Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat di Deli Serdang, Damrizal yang pertama pegang mic, memberi bocoran. “Di sini Hambalang, masih banyak sisa-sisa yang kami minta kepada pemerintah, bahwa kebenaran mesti tegak walau langit akan runtuh,” ucapnya, menyiratkan masih belum tuntasnya penanganan kasus korupsi proyek mangkrak di era SBY itu.
Baca: Sebut Pelaku ‘Kudeta’ Partai Demokrat, Andi Arief: Moeldoko
Giliran Muhammad Rahmad, yang dinobatkan sebagai Juru Bicara Demokrat kubu Moeldoko, ucapannya lebih pedas. Dia menyebut, proyek triliunan rupiah itu, hampir menjadi candi. “Candi Hambalang,” sindirnya. Sampai di sini, cuaca berubah, hujan turun kian deras.
Ia kemudian, mengisahkan bagaimana Pusat Olahraga dan Sekolah Atlet ini menjadi awal sejarah kudeta kursi Ketua Umum Partai Demokrat sah kala itu, Anas Urbaningrum. Kudeta lewat jalur hukum, yang menurutnya, terkesan dipaksakan.
Rahmad menepis tudingan adanya intervensi dari pemerintahan Jokowi di balik penunjukan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang. SBY bersama AHY, kata dia, sengaja membangun narasi untuk menyesatkan publik. Lalu, ia memaparkan sejumlah argumentasi yang menjadi dasar pentingnya digelar KLB.