Apa yang mereka temukan di perairan timur Indonesia? Chief Scientists Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Adi Purwandana mengungkapkan, tim ekspedisi ini menemukan spot-spot aktif gelombang internal di sepanjang jalur penelitian di perairan Indonesia.
Lebih lanjut, Adi menuturkan perairan Indonesia timur merupakan surga bagi pembangkitan gelombang internal bawah laut (internal waves). Temuan awal dari ekspedisi tersebut mengungkapkan terjadi percampuran (mixing) massa air yang kuat di pintasan timur Arus Lintas Indonesia, utamanya di Laut Maluku dan Celah Lifamatola.
Massa air Samudra Pasifik menyebar ke Samudra Hindia melalui Perairan Indonesia. Penyebabnya adalah permukaan laut Samudra Pasifik yang lebih tinggi daripada Samudra Hindia.
Baca Juga:2 Kapal Riset China Terkunci Radar TNI Melintas Di Selat SundaSeorang Pria Diamankan Karena Nekat Terobos Kedubes Rusia Alami Gangguan Jiwa
Pengetahuan tentang mixing itu diperlukan untuk memprediksi tren iklim ke depan karena ada interaksi antara laut dengan atmosfer. Temuan ini penting untuk digunakan dalam mitigasi fenomena cuaca ekstrem dan perubahan iklim. Contohnya, untuk interaksi pergerakan massa arus laut itu yang sangat memengaruhi fenomena seperti El Nino dan La Nina di Pasifik serta Indian Ocean Dipole di Samudra Hindia.
Ekspedisi itu juga mengungkap gelombang bawah laut yakni embrio gelombang soliter internal (internal solitary wave) di Selat Lifamatola dengan amplitudo yang mencapai 50 meter. Sementara itu, gelombang soliter internal di Laut Maluku bisa mencapai amplitudo maksimal 90 meter.
Gelombang internal terdapat di beberapa lokasi, antara lain, di sekitar Laut Sulawesi, Laut Maluku, Selat Ombai, Selat Lombok, dan Laut Sulu. Namun, gelombang internal di Laut Halmahera hanya bisa diamati ketika melakukan pengamatan langsung.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Ocky Karna Radjasa juga memaparkan, Ekspedisi Indonesia Timur 2021 juga mempelajari massa air laut dengan atmosfir dan dampaknya pada iklim global. Pelayaran riset ini juga penting untuk akuisisi dan preservasi hayati laut Indonesia, baik potensi dan pengembangannya.
“Banyak potensi hayati laut dalam dan sumber daya dari laut yang belum tersentuh. Laut Banda memiliki palung dengan kedalaman 8.000 meter. Jika kita bisa melihat keanekaragaman hayati di sana, maka bisa menjadi potensi baru yang belum terkuak,” imbuh Ocky.