Dwikorita menyebut BMKG melakukan integrasi informasi bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMNVBG) Kementerian ESDM. Integrasi itu dibutuhkan lantaran tak sedikit kejadian tsunami yang diawali erupsi gunung berapi.
“Saat ini (kami sudah, red) bekerja sama dengan Badan Geologi kami telah berhasil mendapatkan integrasi data langsung dari monitoring Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Tapi masih banyak bulatan-bulatan (gunung api, red) sekitar 8 lokasi lain yang berpotensi menimbulkan tsunami,” pungkasnya. (*)