Bahkan, dia mengaku sempat menunda kepergian dari Belanda meski sudah berpisah dengan rekan setimnya di FC Utrecht.
“Kemarin sempat nahan pulang, saya bilang ke agen, saya tidak mau pulang sampai kontraknya habis 30 juni nanti,”jelasnya.
Sebelumnya, Bagus menceritakan perjuangannya menjadi pesepak bola. Siapa sangka, pada awalnya ia tidak direstui oleh orang tua untuk menggeluti si kulit bundar.
Bagus menceritakan, ayahnya lebih menginginkan dia dan saudara kembarnya, Bagas Kaffa untuk terjun ke dunia otomotif.
Bagus dan Bagas bahkan sudah diperkenalkan ayahnya dengan otomotif sejak masih berada di taman kanak-kanak (TK) dengan dibelikan motorcross mini.
“Dulu bapak enggak support sama sekali. Bapak saya sukanya otomotif. Dari kecil sudah dikasih motorcross,”kata Bagus
Meski telah diperkenalkan dengan otomotif, Bagus tidak begitu tertarik. Dia justru ingin terus bemain sepak bola dengan masuk Sekolah sepak bola (SSB).
“Terus di kampung ada temen ikut SSB dan diajakin, terus bapak ngebebasin aja,” ucap Bagus.
Perjuangan tak sampai di situ, ternyata sang ayah belum juga merestui pilihan Bagus bersama saudara kembarnya. Selama menimba ilmu di SSB, dia hanya diantar ibunya saja.