Teka-Teki Supersemar, Guntur Soekarno Ungkap Isi Koper Peninggalan Bung Karno Saat Ditahan Era Orba

Teka-Teki Supersemar, Guntur Soekarno Ungkap Isi Koper Peninggalan Bung Karno Saat Ditahan Era Orba
0 Komentar

KLIKSATU.COM-Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar masih menjadi misteri. Putra sulung Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno, Guntur Soekarno mengungkap isi dari koper peninggalan ayahnya saat ditahan rezim Orde Baru (Orba).

“Saya sendiri sedang mencoba tulis satu artikel membahas mengenai misteri dari Supersemar,” kata Guntur dalam Podcast “Apa Adanya” seperti dikutip dari kanal YouTube B1 Plus, Jumat (29/10/2021).

“Waktu almarhum (Bung Karno) wafat 21 Juni 1970, itu kan di Wisma Yaso tempat Bung Karno ditahan waktu Orde baru, itu kan Bung Karno mempunyai beberapa koper. Suatu saat oleh pemerintah Orde Baru, koper-koper itu dikembalikan kepada keluarga,” imbuh Guntur.

Baca Juga:Istri Curhat di Group Info Cegatan Jogja Soal Suami yang Pengangguran, Terlalu Enak Memelihara BurungtheMxOnday asal Brasil, Pelaku Peretasan BSSN: Saya Bisa Menjual Data Base-nya dengan Harga Tinggi!

Guntur mengaku menaruh koper-koper tersebut di lemari kamar, tanpa pernah membukanya. Ketika berpindah rumah di Jalan Kemang Raya, Guntur iseng-iseng membuka koper tersebut.

https://youtu.be/fVkaA7X2Ztk

“Ternyata di dalam koper itu terdapat dua buah foto dari Surat Perintah 11 Maret yang satu dan lain enggak cocok. Jadi, saya di sini bertambah yakin bahwa memang soal Supersemar ini, ahli-ahli sejarah Indonesia harus mencoba mengadakan klarifikasi sebenarnya itu bagaimana,” ucap Guntur.

“Saya harap misalnya Asvi Marwan Adam atau Anhar Gonggong, coba dibuka kepada masyarakat supaya masyarakat jangan selalu tanda tanya. Kontroversi. Itu tugas ahli sejarah.”

Guntur menyatakan Bung Karno secara terang benderang menyebut Supersemar bukan transfer of authority. Supersemar hanya sekadar surat perintah pengamanan, antara lain terhadap kewibawaan dan ajaran-ajaran pemimpin besar revolusi. Ini yang diamanatkan Soekarno kepada Soeharto.

“Cuma di dalam kenyataannya, memang terjadi tidak sesuai dengan apa yang tertulis dan tercetak dalam Surat Perintah 11 Maret itu. Ini yang membuat kontroversi. Supersemarnya ada, tetapi macam-macam versi,” kata Guntur. (*)

0 Komentar