32 Tahun Tragedi Bintaro

32 Tahun Tragedi Bintaro
Warga setempat berkerumun di sekitar lokasi kecelakaan kereta api di Bintaro pada 19 oktober 1987. (Repro Rekaman Peristiwa '87).
0 Komentar

PPKA Sudimara memerintahkan seorang petugas untuk memberitahu rencana itu kepada Slamet Suradyo, masinis KA 225. Tapi Slamet justru membawa keretanya meninggalkan Sudimara bergerak menuju Kebayoran pada pukul 06.50.

Keputusan Slamet berbekal dari rencana persilangan semula oleh PPKA Sudimara dan PPKA Kebayoran di Stasiun Kebayoran. Dia tidak mengetahui ada serangkaian kereta telah berangkat dari Kebayoran.

“Seharusnya, Kereta Api No. 225 dari arah Rangkasbitung langsir atau berhenti di Stasiun Sudimara, menunggu sampai kereta api dari Jakarta lewat,” tulis Imran Hasibuan dkk. dalam Biografi Roesmin Nurjadin: Elang dan Pejuang Tanah Air

Baca Juga:Amnesty Internasional Menilai Pengamanan Pelantikan Jokowi BerlebihanPengamat Intelijen: Kerawanan Bukan Kelompok JAD atau ISIS Justru Kelompok yang Tidak Terdeteksi

Karuan PPKA Sudimara panik. Dua rangkaian kereta ini akan bertabrakan di sepur yang sama jika KA 225 tidak dihentikan. Seorang Petugas Sudimara berlari sembari menggerakkan kedua tangannya, tanda kereta harus berhenti. Dia juga membunyikan terompetnya. Tapi Slamet tak melihat tanda dan mendengar bunyi harus berhenti. Slamet terus melajukan keretanya. Makin cepat.

Hingga akhirnya pada sebuah tikungan sepanjang 407 meter, Slamet terkejut melihat ada kereta datang dari arah timur. Penumpang di lokomotif dan atap gerbong KA 225 sama kagetnya. Sebagian mereka melompat. Sementara masinis KA 220 berupaya mengerem tapi terlambat. Dia melompat. Dua rangkaian kereta terus laju. Braaak!

Dentuman dahsyat. Penumpang terjepit. Potongan tubuh terserak di sekitar bagian kereta paling depan. Tanah Bintaro kian merah. Hari itu jadi hari paling kelam dalam sejarah transportasi Indonesia.

Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin tiba di lokasi kecelakaan beberapa jam setelah kereta bertabrakan. “Dalam 19 tahun terakhir, inilah kecelakaan kereta api terburuk,” kata Roesmin.

Sore hari Roesmin bersama Presiden Soeharto menjenguk para korban luka di rumah sakit. Menurut Roesmin, kecelakaan itu tak perlu terjadi kalau para petugas kereta api bekerja secara benar. Dia juga mengatakan, “Ini pelajaran bagi PJKA. Tapi, masyarakat juga agar memenuhi ketentuan-ketentuan dalam menggunakan jasa kereta api.”

Orang-orang bertanya, kecelakaan ini tanggung jawab siapa? PJKA menunjuk empat petugas sebagai biang penyebab kecelakaan. Tapi anggota parlemen enggan menerima pelemparan tanggung jawab itu. “Kalau prajurit bersalah, komandanlah yang bertanggung jawab,” kata seorang anggota DPR, dikutip Panji Masyarakat. Dia menuntut sang komandan mengundurkan diri dari jabatannya. Komandan yang dimaksud adalah Roesmin.

0 Komentar