Anggota Ombudsman Ungkap Pesawat Garuda dan Sriwijaya Retak Berumur 15 Tahun

Anggota Ombudsman Ungkap Pesawat Garuda dan Sriwijaya Retak Berumur 15 Tahun
0 Komentar

JAKARTA – Dalam industri penerbangan mendapati pesawat retak sudah lumrah terjadi, dan hal itu kemungkinan kecil berdampak pada keselamatan penumpang. Kondisi demikian yang terjadi pada pesawat Garuda Indonesia dan Sriwijaya.

Pengamat Penerbangan, Alvin Lie meluruskan informasi yang menyebutkan bahwa Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang menemukan ada keretakan terhadap tiga pesawat, yakni satu pesawat Garuda Indonesia dan dua pesawat Sriwijaya.

“Keretakan yang terjadi pada struktur pesawat hal biasa terjadi pada pesawat. Khusus Boeing, di Amerika juga ditemukan ada keretakan bagian pesawat dan sayap, dan ini tidak ada keretakan yang besar. Keretakan ini tidak kasat mata,” ujar Alvin Lie kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (15/10).

Baca Juga:Waspada! Penipuan Jelang Seleksi CPNS 2019Lion Air Group Gelar Promo Jelajah Sumatra Utara

Anggota Ombudsman menuturkan, Garuda Indonesia memiliki pesawsat hingga ratusan pesawat. Begitu juga dengan Sriwijaya uang memiliki puluhan pesawat. “Jadi tidak semua maskapai menggunakan pesawatnya, ada 10 persennya yang dicadangkan,” kata dia.

Lanjut Alvin Lie, bahwa pesawat yang mengalami keretakan jam terbangnya sudah cukup lama, atau sekitar 30 ribu penerbangan, dan usianya pun sudah belasan tahun. “Biasanya Garuda Indonesia bila ada pesawat yang sudah berumur 15 tahun diganti dengan yang baru. Namun ini kebetulan belum ditukar dengan yang baru,” ucap dia.

Terkait hal ini, menurut Alvin Lie, kedua maskapai cukup bagus prosedur keselamatannya, sebab selalu mengecek kondisi pesawatnya.

“Justru ini menunjukkan Garuda Indonesia dan Sriwijaya memperhatikan terhadap kondisi pesawatnya. Artinya prosedur internal mereka berjalan, dan melaporkan yang diketahuinya tetang kondisi pesawat,” ucap dia.

Dengan demikian, dia meyakini atas kondisi yang terjadi terhadap tiga pesawat tidak akan berimbas pada jumlah penumpang. “Tidak ada,” kata dia.

Sementara Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, industri pesawat terbang di Indonesia memang serba salah. “Kita ini repot. Garuda-Sriwijaya kerjasama dituduh kartel. Tidak jadi kerjasama dianggap keretakan dan dikhawatirkan ada pengurangan maskapai,” ucap Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (15/10).

Terpisah, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan dari hasil inpeksi ditemukan ada crack atau retak pada salah satu dari 3 pesawat B737NG milik Garuda Indonesia yang berumur melebihi 30.000 FCN dan terdapat crack pada 2 pesawat B737NG milik Sriwijaya.

0 Komentar