Angka Kematian Akibat Virus Corona Tembus 80, China Resmi Larang Perdagangan Satwa Liar

Angka Kematian Akibat Virus Corona Tembus 80, China Resmi Larang Perdagangan Satwa Liar
Seorang polisi berjaga di luar pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan
0 Komentar

BEIJING-Pemerintah China akhirnya resmi melarang perdagangan satwa liar pada Minggu (26/1), menyusul semakin merajalelanya virus Korona jenis baru, yang ditengarai berasal dari hewan liar.

Larangan ini baru akan berakhir, bila wabah nasional itu dinyatakan berakhir.

Otoritas kesehatan setempat mengaitkan satwa eksotis yang dijual di pasar basah Wuhan, sebagai sumber virus Korona jenis baru yang saat ini telah menjangkiti 2.744 orang, dan mengakibatkan 80 orang meregang nyawa di China daratan.

Di seluruh penjuru dunia, ada 2.800 orang terinfeksi virus tersebut.

Baca Juga:Empat Foto ‘Metamorfosis’ Rangga Sasana Sunda Empire, Roy Suryo: Hanya Wayang Tujuannya Publik Dibuat AmbyarKetua KPK: Harun Masiku Pasti Akan Tertangkap Pada Waktunya

Tak hanya melarang perdagangan satwa liar, pemerintah China juga akan mengkarantina pusat-pusat pembiakan satwa liar tersebut, menegakkan peraturan dengan ketat, mengingatkan masyarakat agar berhenti menyantap satwa liar.

“Masyarakat harus benar-benar memahami risiko kesehatan yang muncul akibat menyantap satwa liar. Stop makan daging hewan buruan. Hiduplah dengan sehat,” imbau tiga agen pemerintah: Lembaga Negara untuk Regulasi Pasar, Kementerian Pertanian dan Pedesaan, serta Lembaga Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China dalam pernyataannya, Minggu (26/1).

Kebijakan ini tak lepas dari permohonan 19 ilmuwan terkemuka yang menyerukan penghapusan konsumsi dan perdagangan satwa liar, melalui platform serupa Twitter, Weibo, Jumat (24/1).

Kelompok ilmuwan itu mengaitkan kemunculan penyakit infeksi virus yang berasal dari hewan, telah memicu beragam penyakit seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), H7N9 flu burung, dan sindrom pernapasan Timur Tengah.

“Mengontrol atau bahkan menghilangkan kebiasaan menyantap satwa liar, serta menyetop untuk memperjualbelikannya, tak hanya merupakan suatu bentuk proteksi ekologis. Lebih dari itu, hal ini sangat membantu mengontrol risiko kesehatan masyarakat. Risiko penularan penyakit berkembang, seiring meningkatnya kontak antara manusia dan hewan,” jelas kelompok ilmuwan tersebut.

Eratnya kaitan antara daging hewan buruan, perlakuan terhadap satwa liar, dan merebaknya virus Wuhan telah diduga sejak pertama kali virus tersebut menyebar pada akhir Desember 2019.

Wabah ini memiliki kesamaan dengan virus SARS yang merajalela pada tahun 2002-2003. Ketika itu, virus SARS dikaitkan dengan musang kelapa yang banyak dijual di pasar basah di Provinsi Guang Dong, tak jauh dari Hong Kong.

0 Komentar