Covid-19 Merusak Sektor Pariwisata Bali, Begini Kisah Warganya

Covid-19 Merusak Sektor Pariwisata Bali, Begini Kisah Warganya
Petani perempuan Bali tertawa saat panen padi di Buleleng, Bali, Indonesia. (Foto: Shutterstock/Dewi Putra)
0 Komentar

“Mereka sekarang membayar saya 100.000 rupiah per hari. Saya hanya bekerja delapan hari sebulan, jadi saya hanya menghasilkan 800.000 sebulan,” katanya.

Suami Gayatri, seorang supir mobil sewaan, mengalami yang lebih buruk. Karena tidak ada yang menyewa jasanya, penghasilannya berkurang menjadi nol.

Gayatri, seorang perempuan mungil berkacamata dengan rambut acak-acakan diikat ke sanggul, kini menjadi satu-satunya pencari nafkah keluarga.

Baca Juga:Target Migas Timor Leste LumpuhVeronica Koman dan TAPOL Inggris Terbitkan Laporan Pemberontakan Papua Barat 2019

Lebih buruk lagi, mereka tidak punya uang di bank. Semua tabungan keluarga digunakan untuk membiayai pernikahan putranya tahun lalu dan kelahiran cucu pertama Gayatri baru-baru ini di Mei.

Gayatri hampir menangis ketika dia mengingat tiga bulan terakhir hidupnya.

Dengan seorang anak perempuan yang masih bersekolah, tabungannya habis dan gajinya hampir tidak cukup untuk membeli makanan, keluarga itu semakin membutuhkan uang tunai. Kemudian dia ingat memiliki seorang kerabat yang memiliki toko kecil yang memproduksi dupa.

“Saya memberi tahu kerabat saya, ‘Bolehkah saya menjualnya untuk Anda?’” dia menceritakan.

Berbekal beberapa kotak dupa pinjaman, dia pergi dari pintu ke pintu menawarkan kebutuhan sembahyang Hindu itu kepada tetangganya.

Hanya segelintir orang yang membeli dupa, sebagian besar karena kasihan.

“Sangat sulit menjual dupa dari pintu ke pintu. Saya tidak bisa bersaing dengan pedagang grosir yang menjualnya dengan harga murah. Namun, mereka satu-satunya barang yang bisa saya beli,” kisahnya.

Terlepas dari upaya terbaiknya, dia hanya bisa menghasilkan untung tidak lebih dari Rp30.000 sehari.

Selama satu bulan terakhir, dia berhenti mengetuk pintu orang dan memilih menjadi salah satu dari banyak penjual di lapak mobil di Jalan Puputan.

Baca Juga:DPR Sepakat RUU Cipta Kerja Dibawa ke Paripurna, Begini 16 Poin Pernyataan Menko AirlanggaKabar Baik, Tarif Listrik Turun Bagi 7 Golongan ini

Namun, penjualannya belum membaik, kata Gayatri, meski telah membuka cabang untuk menjual telur. Namun, dengan menjual dari bagian belakang minivannya, dia bisa membawa lebih banyak barang dan yang lebih penting melibatkan suaminya.

“Suamiku belum lama bekerja. Sangat menyenangkan melihatnya keluar rumah dan berinteraksi dengan orang-orang. Dengan cara ini kita bisa fokus menjual barang kita dan tidak mengkhawatirkan hal lain. Itu mengalihkan pikiran kita dari pikiran negatif,” tuturnya.

0 Komentar