Gerakan Mahasiswa 2019: Manusia Bodoh Dan Kuda Tunggang?

Gerakan Mahasiswa 2019: Manusia Bodoh Dan Kuda Tunggang?
0 Komentar

“DITUNGGANGI” menjadi kosa kata itu paling banyak disematkan kepada aksi mahasiswa 2019.

Anehnya kosa kata yang sangat disukai oleh penguasa Orde Baru itu, kali ini tidak hanya digunakan oleh penguasa dan para pendukungnya. Kelompok-kelompok oposisi tertentu dengan senang hati menggunakannya.

Pendukung pemerintah mencoba menggunakan mantra lama yang sukses pada Pilpres 2019: Aksi mahasiswa kali ini ditunggangi oleh kelompok khilafah dan radikal!Stigma ini disematkan dalam aksi mahasiswa di Yogya dengan tajuk: Gejayan Memanggil.

Tujuannya untuk mengaborsi gerakan mahasiswa dan menimbulkan ketidak-percayaan publik.

Baca Juga:Runtuhnya Jembatan di Taiwan, 7 WNI Jadi KorbanLagi, Jurnalis Korban Kekerasan Oknum Polisi di Mapolda Metro Jaya

Sebaliknya beberapa kelompok oposisi juga mengamati dengan waspada dan curiga. Mereka mencurigai gerakan mahasiswa ini dimanfaatkan rezim pemerintah.

Tujuannya untuk mengalihkan perhatian publik dari beberapa isu yang tengah mendera pemerintah.

Berbagai teori konspirasi dikembangkan. Salah satu argumennya: mengapa tiba-tiba mahasiswa bergerak tak terbendung.

Selama ini kemana saja? Pasti ada yang menggerakkan.

Apes benar! Menjadi mahasiswa dalam posisi serba salah. Diam saja ketika terjadi hiruk pikuk politik, dibullly. Begitu turun ke jalan dicurigai.

“Mahasiswa itu bukan manusia bodoh,” ujar Ketua BEM Universitas Gajah Mada (UGM) Atiatul Muqtadir (Fatur) dalam talkshow ILC tvOne, Selasa (24/9).

Siapapun menyaksikan para ketua BEM mahasiswa saat tampil di ILC bersama Fatur, pasti sepakat dengannya.

Fatur tampil memukau dan menjadi trending di dunia maya. Basis argumentasinya jelas. Sikapnya terhadap isu nasional yang dipersoalkan juga jelas dan tegas.

Perbedaan Generasi

Baca Juga:Iran Hukum Mati Agen CIATottenham Hotspur Vs Bayern Munich 2-7, Poch Angkat Suara

Mengapa sampai muncul kecurigaan terhadap aksi mahasiswa, terutama dari kelompok-kelompok oposisi tertentu?

Pendekatan secara sosiologis bisa membantu kita menjawabnya. Penjelasannya adalah adanya perbedaan sosiologis antar-generasi. Generation gap.

Latar belakang dan pengalaman hidup yang berbeda antar-generasi, membuat respon mereka juga berbeda ketika menghadapi sebuah situasi.

Dua orang penulis asal Amerika Serikat William Strauss dan Neil Howe yang pertama kali memperkenalkan Generation Theory.

Berdasarkan pembagian Strauss dan Howe setidaknya ada tiga generasi yang saat ini aktif di dunia bisnis, politik, pemerintahan, dan organisasi kemasyarakatan di Indonesia.

Generasi Baby boomer (1946-1966). Generasi X (1965-1980). Generasi Milenial (1981-1994). Mereka berada di puncak kekuasaan.

0 Komentar